Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bila Anak Hadapi Bullying, Kuatkan Mentalnya

2 Oktober 2025   10:24 Diperbarui: 2 Oktober 2025   17:48 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi, jika hanya berhenti di sana, anak korban justru berpotensi tumbuh dengan mental yang rapuh. Ia akan berpikir. saya tidak perlu berusaha menguatkan diri, karena setiap kali saya lemah, orang lain akan datang membela saya.

Anak yang tumbuh dengan cara seperti itu bisa menjadi pribadi yang tidak mandiri, mudah merasa korban, dan sulit menghadapi dunia nyata. Padahal di luar sana, ketika mereka dewasa, tidak ada lagi guru atau orang tua yang selalu siap melindungi.

Saya percaya bahwa inti dari pendidikan menghadapi bullying bukanlah pada "menghajar pembully", tetapi membekali anak dengan kekuatan mental.

Kekuatan mental bukan berarti anak harus melawan dengan kekerasan. Bukan pula berarti membalas dengan olokan yang lebih pedas. Kekuatan mental berarti, anak berani berdiri tegak meski dihina, mampu menjawab olokan dengan prestasi nyata, tidak mudah runtuh oleh ejekan, tetapi menjadikannya bahan bakar untuk berkembang dan sadar bahwa harga dirinya tidak ditentukan oleh omongan orang lain.

Jika mental ini tertanam, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh. Bukan hanya tahan terhadap bullying, tetapi juga siap menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.

Sebagai guru, saya tahu bahwa tugas kami bukan hanya mengajarkan pelajaran di kelas. Kami juga punya tanggung jawab moral membimbing anak-anak dalam menghadapi dinamika sosial mereka.

Maka ketika ada kasus bullying, saya tidak serta-merta langsung memarahi pelaku. Saya lebih memilih mengajak anak-anak berdiskusi, memahami apa yang salah, lalu mencari jalan keluar bersama. Saya mengingatkan bahwa mengejek teman bukanlah bentuk kehebatan, melainkan kelemahan.

Pada saat yang sama, saya juga menguatkan anak yang menjadi korban. Saya tanamkan bahwa mereka tidak sendirian, bahwa mereka punya kekuatan dalam diri mereka.

Meski guru berperan besar, peran orang tua jauh lebih vital. Anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga, sehingga pondasi mental mereka dibentuk pertama kali di rumah.

Bagaimana Peran Orangtua?

Orang tua perlu mendengarkan keluh kesah anak dengan penuh empati. Jangan sampai perasaan anak diremehkan, karena hal itu bisa membuat mereka merasa tidak dihargai. Sebaliknya, orang tua bisa mengajarkan anak untuk melakukan introspeksi dengan cara yang sehat, yaitu mengajak mereka melihat apa yang bisa diperbaiki dari diri tanpa harus menyalahkan diri sendiri secara berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun