Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bumi Menangis

20 Juni 2019   08:33 Diperbarui: 20 Juni 2019   08:50 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau datang kepadaku, dengan senyum yang kau manis-maniskan, kau minta aku memberikan ranting dan dahanku. Tanpa tanya alasanmu, aku berikan saja sebagian harta berharga itu untukmu.


Menjelang petang, kau datang lagi dengan sedikit rayuanmu, kau minta sedikit mata air yang telah aku simpan dalam belanga rahasiaku. Melalui diksi termanismu kau sampaikan inginmu, aku tak kuasa menolak, kuberikan sumber mata air itu untuk kau nikmati.


Ketika malam bergelayut, kau datang lagi, kali ini dengan sedikit sombongmu, kau pinta bongkahan anderhsid, kau bilang untuk kehangatan sesamamu. Dan ternyata aku tak kuasa lagi menolak hasratmu itu.


Lagi-lagi kau datang lagi, kali ini kau datang dengan segenap keangkuhanmu, kau paksa aku memberikan tambang permata yang telah aku sembunyikan di perutku. Dengan belatimu kau sobek kulitku hingga muncrat darahku, lalu kau ambil semua milikku tanpa sisa. Tanpa rasa sesal dan belas kasih kau tinggalkan tangis dan perih ini dalam dukaku.


Ooohhh...kembalikan milikku wahai manusia, aku hanya hidup berdampingan dengan cinta, tanpa keserakahanmu.


Blitar, 20 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun