Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sudah 2022 tapi Masih Jomlo?

21 Mei 2022   02:41 Diperbarui: 21 Mei 2022   02:51 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses hipnoterapi klinis. dokpri

Tahun terus bertambah, waktu terus berputar. Bagi yang masih jomblo, tentu saja ini menjadi persoalan tersendiri. Apalagi saat Lebaran tadi. Pertanyaan yang berulang-ulang dan tak pernah bosan ditanyakan kerabat dan teman adalah, "sudah nikah? Kapan nikahnya?"

Tentu saja itu adalah pertanyaan yang sangat menjengkelkan bagi para jomblowan dan jomblowati. Di antara yang merasakan kejengkelan itu adalah Wulan. Tentu saja ini bukan nama asli dari wanita berusia 32 tahun yang tiba-tiba mengontak saya melalui whatsapp.

"Maaf pak, masih buka praktik hipnoterapi?" tanyanya mengawali perbincangan. Wajar pertanyaan itu muncul. Maklum, selama pandemi Covid 19 lalu, praktis saya jarang melayani klien, karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Demi keamanan bersama, maka proses konsultasi atau konseling hanya dilakukan secara daring. Namun, sejak vaksinasi gencar dilakukan, secara perlahan, saya pun menerima klien dengan catatan sudah menjalani vaksinasi, minimal dosis pertama.

Akhirnya sesuai waktu yang disepakati, Wulan tiba di tempat praktik. Wanita yang bekerja di salah satu perusahaan swasta cukup bonafide ini nyatanya memiliki paras cantik. Boleh jadi, sebutan cantik ini memang relatif. Namun, terlihat dari kulitnya kuning langsat. Wajahnya glowing, dengan rambut hitam dibiarkan tergerai sebahu. Dari sisi pakaian juga cukup modus. Wajar jika ada yang tidak percaya jika wanita karier ini masih jomblo.

Di ruang praktik, terlebih dahulu saya berikan penjelasan tentang hipnoterapi klinis yang akan dilakukan. Ini fase penting awal, agar klien paham apa saja yang akan terjadi selama proses terapi berlangsung. Klien tidak boleh mengalami proses yang di luar ketentuan atau melanggar kode etik.

Tahap berikutnya, saya memeriksa formulir terapi yang sudah diisi. Sehari sebelumnya, klien diberikan formulir terapi untuk diisi. Sengaja diberikan lebih dahulu, untuk menghemat waktu. Selain itu, agar klien juga bisa mengisi lebih tenang dan nyaman di kediamannya. Melalui formulir yang sudah diisi, terlihat ada beberapa emosi yang cukup intens. Selain itu, juga bisa diketahui ada hubungan yang kurang baik dengan kedua orang tuanya.

Klien kemudian dibimbing untuk masuk di kedalaman pikiran yang sangat dalam dan menyenangkan. Di level kedalaman pikiran bawah sadar yang presisi inilah, proses pencarian akar masalah dilakukan. Ternyata, ada beberapa kejadian yang menimbulkan trauma yang sangat dalam. Puncaknya adalah, ketika klien yang masih berusia 7 tahun, melihat ayahnya memukul ibunya. Tamparan keras sang ayah pada ibunya itulah yang kemudian masuk dalam pikiran bawah sadar klien. Memori itu yang kemudian menjadikan klien takut menghadapi sebuah pernikahan.

Akibat kejadian di usia 7 tahun itulah, pikiran bawah sadar klien membuat program baru. Programnya adalah "jangan memiliki suami" karena itu sangat membahayakan. Pikiran bawah sadar itu sengaja membuat program khusus agar klien tidak mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Tentu saja, program ini niatnya baik, tapi kurang tepat. Sebagai manusia normal, tentu Wulan tetap harus menikah.     

Program itulah yang menyebabkan Wulan selalu menjaga jarak, setiap kali ada pria yang mulai menunjukkan keseriusan dalam menjalin hubungan. Akibatnya, meski beberapa kali dekat dengan pria, ujung-ujungnya kandas di tengah jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun