Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'Sekolah Kuliner' ala Djongko: Jalankan Bisnis dengan Hati, Semua Karyawan Dianggap Anak Sendiri

27 Juli 2016   00:11 Diperbarui: 27 Juli 2016   00:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Yana (kanan) bersedia berbagi kisah suksesnya. (dokpri)

“Sekarang saya bisa mengambil kesimpulan, usaha apa pun, harus diawali dengan perasaan yang nyaman. Kalau masih ada mental block (hambatan diri), akan sulit,” sebut beliau.

Cukup panjang proses pencarian jati diri dilakukan Pak Yana. Dari mulai membaca buku, hingga berguru ke banyak orang. Apalagi latar belakangnya memang pernah di pesantren, praktis sudah terbiasa nyantri.

Hingga suatu ketika, beliau membaca sebuah buku milik Bante Karyadi yang berjudul Sembuh dengan Hipnoterapi. Dari sini, dia kemudian mencoba dan cari tahu, apakah hambatan diri yang mempengaruhi. Sempat kontak dengan Bante Karyadi, beliau sempat akan terbang ke Medan, untuk menemui Bante, dan minta terapi. Namun, oleh Bante yang juga alumnus Adi W. Gunawan Intitute of Mind Technology (AWGI), Pak Yana diarahkan agar terapi dengan alumni yang ada di Bandung.

Bertekad untuk menghilangkan semua perasaan tidak nyaman di dalam dirinya, Pak Yana akhirnya menjalani hipnoterapi dengan salah satu terapis di Bandung. Ternyata benar. Ada akar masalah di masa lalu yang menjadi penghambat usahanya. Sumber masalah inilah yang kemudian dicabut dan membuat beliau nyaman dan plong. Sejak itulah, dia semakin nyaman menjalankan usahanya.

“Ya dulu di pesantren, dengan guru dan kiai, selalu diajarkan bagaimana untuk ikhlas, lepaskan masalah agar nyaman. Tapi bagaimana caranya? Proses mencari cara untuk melepas masalah itulah yang akhirnya mempertemukan saya dengan hipnoterapi,” bebernya.

Kini, dia menjalankan bisnisnya dengan nyaman. Masa lalunya yang sempat membuat dirinya kurang nyaman, benar-benar sudah dilepaskan. “Belajar dari pengalaman masa lalu, sekarang saya menjalankan bisnis ini dengan hati,” tuturnya.


Bagaimana prinsip bisnis dengan hati? “Para karyawan saya anggap anak sendiri. Mereka semua panggil saya ‘ayah’. Saya benar-benar menghargai keberadaan mereka,” tuturnya.

Saya sempat menjajal mi ramen dan kopi vietnam. Rasanya dahsyat.
Saya sempat menjajal mi ramen dan kopi vietnam. Rasanya dahsyat.
Para karyawan itu benar-benar dididik dari nol. Dari mulai tidak tahu apa-apa, sampai menguasai banyak hal di bidang kuliner. “Ada yang cuma lulusan SD dan SMP. Tapi mereka mau dibimbing dan mau belajar. Sekarang merekalah yang menjalankan usaha ini,” tuturnya.

Bahkan, ada beberapa karyawan yang disekolahkan di jurusan perhotelan. Ilmu dari bangku sekolah itulah yang kemudian diterapkan juga dalam usaha kuliner yang digeluti ini. Usaha kulinernya pun, oleh beliau dianggap sebagai sekolah. “Ini sebenarnya sekolah kuliner. Sekolah informal, tidak ada ijazahnya. Tapi siapa saja yang mau belajar, seminggu aja sebenarnya bisa,” urainya.

Dengan prinsip manajemen hati, terbukti para karyawannya sangat loyal. Begitu ada karyawan yang sudah pandai dan bisa menguasai cara pengolahan makanan, minuman serta manajemen, karyawan inilah yang biasanya diberikan kepercayaan ketika membuka cabang baru. “Pokoknya sekarang ya mereka semua yang mengurusi bisnis ini,” sambungnya.

Selain membuka cabang sendiri, ada pula yang kerja sama dengan pihak lain. “Soal kerja sama, saya tidak pakai sistem franchise yang mungkin merugikan pihak lain. Harus sama-sama menguntungkan,” ujarnya. Saat saya ngobrol pun, terlihat bartender yang dimiliki, sedang memberikan training kepada peracik minuman yang akan disiapkan untuk cabang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun