Mohon tunggu...
Endrita Agung
Endrita Agung Mohon Tunggu... Laki-laki

suami dengan dua orang anak

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kebangkitan Seni Bantengan : Dari Stigma Negatif Menuju Gerakan Positif di Kampung Berseri Astra Bumiaji

7 Juli 2025   12:01 Diperbarui: 7 Juli 2025   17:08 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atraksi kesenian Bantengan yang melibatkan penari Anak-anak (Foto : Dok. Pribadi)

Bantengan Bocil adalah versi ramah anak dari seni Bantengan tradisional. Tanpa ritual mistis, tanpa kondisi trance yang menakutkan, dan tanpa unsur-unsur yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keluarga. Yang tersisa adalah murni kesenian tradisional yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Momentum Bersejarah di Kampung Berseri Astra

Pada tanggal 5 Juli 2025, antusiasme terhadap Bantengan Bocil mencapai puncaknya. Tercatat 72 grup Bantengan Bocil mendaftar untuk tampil dalam acara tersebut. Sepanjang jalan menuju arena pertunjukan di depan Galeri Batik Anjani, kostum dan perlengkapan Bantengan berjejer rapi, menciptakan pemandangan yang memukau.

Persiapan yang matang terlihat dari panggung yang telah disiapkan sehari sebelumnya, sound system yang memadai, hingga tenda-tenda penjaja kudapan dari ibu-ibu PKK setempat. Pengunjung tidak hanya dari Desa Bumiaji, tetapi juga dari luar Kota Batu, membuktikan daya tarik yang luar biasa dari acara ini.

Momen berbelanja kudapan tradisional Ibu-Ibu PKK desa setempat. (foto : Dok. Mbah Ukik)
Momen berbelanja kudapan tradisional Ibu-Ibu PKK desa setempat. (foto : Dok. Mbah Ukik)

Pembelajaran dari Workshop Inspiratif

Sebelum pertunjukan Bantengan Bocil, acara "SATUKAN GERAK, TERUS BERDAMPAK" diawali dengan workshop yang memberikan wawasan berharga. Nurulloh, Head of Impact Kompasiana, berbagi tips tentang menulis dengan gaya bertutur yang menyentuh hati, serta bagaimana memanfaatkan AI sebagai alat bantu kreativitas tanpa menggantikan esensi kemanusiaan dalam berkarya.

Workshop ini memberikan perspektif bahwa teknologi hanyalah alat, sementara jiwa dari setiap karya tetap berasal dari pengalaman dan rasa manusia. Prinsip yang sama berlaku untuk Bantengan Bocil -- memanfaatkan pendekatan modern untuk melestarikan tradisi tanpa kehilangan substansinya.

Bolang (Blogger Kompasiana Malang) sesaat setelah menghadiri workshop  
Bolang (Blogger Kompasiana Malang) sesaat setelah menghadiri workshop  "SATUKAN GERAK, TERUS BERDAMPAK" (Sumber: Foto Bolang)

Pertunjukan yang Memukau

Tepat pukul 14.00, pertunjukan dimulai dengan Pencak Dor oleh tiga anak yang memiliki kemampuan pencak silat yang baik, dilengkapi dengan pertunjukan tongkat api yang memukau. Kemudian, satu per satu grup Bantengan Bocil tampil dengan personil masing-masing, menciptakan suasana gegap gempita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun