Ruang itu mendadak hening. Tidak ada yang membalas. Tapi aku tahu, kata-kataku sudah cukup.
Seminggu setelah pengumuman dan pelantikan kepala sekolah baru, aku menulis surat pengunduran diri. Bukan karena kalah, tapi karena aku sadar ini bukan lagi tempatku. Tempat di mana kerja keras bisa dipatahkan oleh selera, dan niat baik dikalahkan oleh kekuasaan.
Ketika melangkah keluar dari gerbang sekolah, sore itu terasa panjang. Ada perih yang sulit dijelaskan, tapi juga kelegaan yang anehnya menenangkan. Aku menatap langit dan berjanji dalam hati:
"Suatu hari nanti, jika aku diberi amanah memimpin, aku akan melakukannya dengan adab. Aku tidak akan pernah membuang, apalagi membunuh karakter pendidik yang berjuang dengan hati."
Karena sekolah bukan tentang kursi jabatan, sekolah adalah tentang nurani. Dan selama nurani masih hidup, pendidikan tak akan pernah padam. (bersampung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI