HARAPAN JOKOWI DAN MENJAWAB ISU 3 PERIODE
Oleh Endang Yusro
Akhir-akhir ini, di saat kondisi Bangsa dan Umat mulai tenang, Covid-19 sudah mulai mereda dan lini kehidupan mulai pulih menuju Indonesia Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat, lagi-lagi isu 3 Periode muncul lagi, padahal di berbagai media Jokowi menyatakan tidak akan mencalonkan pada Pilpres 2024. Hal ini sesuai dengan amanat undang-undang.
Ungkapan Jokowi terakhir sebagaimana pada acara yang dipandu Karni Ilyas Minggu malam (28/8/2022) Â di TV One mengatakan tidak akan dan tidak berminat lagi mencalonkan sebagai Presiden.
Acara yang bertajuk Mengulas Wawancara Khusus Karni Ilyas Dengan Presiden Jokowi tersebut merupakan tayangan ulang di stasiun tvOne.
Menurut Wartawan senior tersebut, hal ini untuk memenuhi permintaan masyarakat yang ingin menonton secara utuh wawancara itu.
Pada program tersebut, Jokowi mengatakan akan memberi kesempatan kepada yang lain untuk membangun Bangsa ini.
Kemudian Pak Dhe, begitu orang-orang terdekat memanggilnya menitipkan kepada Presiden terpilih untuk terus melanjutkan program yang sudah dilaksanakan pada Kepemimpinan sebelumnya yang belum tuntas.
Jokowi mengatakan agar Presiden terpilih nantinya jangan mendahulukan programnya dulu, namun menuntaskan program yang sedang berjalan.
Kalau saya menanggapinya, mengapa Pak Dhe tidak mengatakan menjalankan program secara beriringan.
Maksudnya, sambil meneruskan programnya Pak Dhe, program baru juga tetap dimulai. Kalau nunggu rampung program Pak Dhe khawatir keburu habis masa jabatannya, karena bisa jadi program Presiden yang baru lebih gress dan lebih berdaya guna. Begitu sih saran saya mah, Pak Dhe!
Sisi Lain di Balik Isu Tiga Periode
Banyak netizen membenarkan pernyataan Tiga Periode, pencalonan Pilpres atas nama Ir. H. Joko Widodo untuk ketiga kalinya setelah Periode Pertama (2014 - 2019) dan Periode Kedua (2019 - 2024) sebagai ambisi kekuasaan.
Sementara yang lain sengaja memunculkan istilah ini dengan maksud tertentu. Seakan mendukung pernyataan tersebut namun memunyai niat lain.
Istilah Jaseng (Bahasa Jawa Banten), "ngeberobosi" atau "ngicuk-ngicuki".
Ngeberobosi atau ngicuk-ngicuki adalah upaya  membujuk lawan agar mengikuti dengan janji akan mendukung atau memilih, padahal dibelakang menelikung.
Target pihak seperti ini bukan pada hasil pemilihan, siapapun pemimpin yang terpilih baginya tidak penting karena bagi mereka yang perlu dirubah, diganti adalah sistem pemerintahannya.
Bermunculannya posting berita di media dengan judul, misalnya "Atas Nama Demokrasi, Jokowi Bolehkan Wacana Presiden 3 Periode Bergulir," (Compas.com, 28/8/2022) saya menanggapinya sebagai hal yang sudah umum dalam dunia jurnalis.
Judul seperti itu, biasanya untuk menarik pembaca. Padahal bisa jadi ada penjelasan atau klarifikasi, karena sebenarnya yang bersangkutan sebagaimana pernyataannya di berbagai media tidak lagi mau mencalonkan.Â
Pernyataan ini memang selalu dimunculkan di saat kondisi Bangsa dan Umat sedang tenang agar menjadi gaduh, dan  berujung pada demo yang memakan korban. Hal ini sepertinya menjadi target yang menghendaki Negeri ini chaos kalau tidak sampai hancurnya NKRI.
Isu seperti ini dimunculkan oleh pihak-pihak yang sebenarnya tidak menyukai Kepemimpinan Jokowi atau bisa jadi dengan sistem Pemerintahan ini. Jika alasan terakhir, sepertinya Kepemimpinan di Negeri ini tidak akan aman sampai bergantinya sistem Pemerintahan. Wallahu a'lam.
Note:
Semoga catatan ini menjadi bahan introspeksi dalam mewujudkan Kedaulatan NKRI!