Mohon tunggu...
Endang Yuniarti
Endang Yuniarti Mohon Tunggu... Lainnya - lifelong learner

lifelong learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hipoglikemia: Kadar Gula Darah Rendah Mengancam Jiwa (Berjuang bersama Penderita Diabetes Melitus)

10 Juni 2021   12:32 Diperbarui: 10 Juni 2021   12:49 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada penderita DM, kondisi pemeriksaan gula darah yang tidak teratur juga dapat memperparah kemungkinan tidak terdeteksinya hipoglikemia. Pemeriksaan gula darah teratur atau rutin dapat diartikan sebagai kondisi dimana penderita atau anggota keluarga memeriksakan gula darah dengan frekuensi sesuai petunjuk dokter (apabila pernah didiagnosis DM oleh dokter) atau memeriksakan kadar gula darah minimal 1 kali per tahun (bagi penderita atau anggota keluarga yang belum pernah didiagnosis DM oleh dokter) (sumber: Badan Litbangkes, 2018).

Seorang yang didiagnosis menderita DM dan menyadari akan potensi resiko hipoglikemia menyadari bahwa tubuhnya tidak sepenuhnya sehat, dalam kondisi ini penderita DM sangat mungkin juga mengalami gangguan psikologis. Pada awal diagnosis penderita DM mungkin mengalami shock, merasakan ketakutan, tidak percaya diri, sulit menerima kenyataan, kaget hingga sedih. Hal ini juga mungkin memengaruhi anggota keluarga lainnya, terutama dikarenakan adanya kemungkinan DM diturunkan pada anak dari penderita. Namun, anak dengan orangtua penderita diagnosis lebih mungkin untuk tidak mengalami perasaan negatif terlebih jika telah mengetahui tentang DM dan resikonya sehingga anak dengan orangtua penderita DM lebih sadar bahwa sewaktu-waktu akan terkena penyakit DM seperti orangtuanya.

Fase selanjutnya adalah pada awal pengobatan, pasien yang shock saat diagnosis awal, sangat mungkin tidak nyaman saat menjalani pengobatan, cemas saat awal harus menjalani diet (Hasanat, 2015), serta memiliki kekhawatiran dalam jangka waktu yang panjang. Selama pengobatan atau pengelolaan penyakit, penderita diabetes secara tidak langsung didorong untuk dapat merubah gaya hidup menjadi lebih sehat, dengan berbagai kecemasan dan kekhawatiran pada awal masa pengobatan sangat mungkin menyebabkan penderita DM mengalami stress hingga depresi.

Penderita DM dalam keadaan stress atau depresi dapat melakukan coping (strategi penanganan) stress atau depresi baik secara mandiri ataupun melalui pendampingan psikolog, mendapatkan terapi cognitive-behavioural (terapi dengan pendekatan yang lebih personal yang melatih cara berpikir atau fungsi kognitif dan cara bertindak seseorang (Taylor, 2015), selain itu dukungan keluarga dan dukungan sosial sangat dibutuhkan untuk membantu penderita DM merasa lebih baik dengan penyakitnya dan dalam menjalani pengobatan yang umumnya akan memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun. Pengelolaan diri terutama terkait dengan aspek psikologis sangat penting bagi penderita DM untuk terus mempertahankan kondisinya agar tidak berada pada kondisi hipoglikemia.

Upaya-upaya mencegah hipoglikemia pada penderita Diabetes Melitus

Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang lebih familiar dengan hiperglikemia dibandingkan hipoglikemia, menjadi krusial memberikan edukasi kepada penderita DM untuk dapat menolong diri sendiri saat terjadi hipoglikemia ((Cefalu, W.T, 2015; Doriguzzi, 2012 dalam Purba, 2019). Penderita DM harus mengupayakan dirinya mengikuti pola makan yang sesuai dengan kebutuhan atau sesuai takaran kebutuhan personal penderita DM, secara teratur memantau kondisi gula darah dan diharapkan dapat mengenali kondisi tubuhnya sendiri ketika hipoglikemia (Purba, 2019).

 Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk pengelolaan penyakit DM dan hipoglikemia yang dapat dimulai pada level individu penderita DM, juga diperlukan dukungan dari keluarga, komunitas atau sosial, dan pemerintah sehingga penderita DM dapat mengelola kondisi dan gula darahnya. Level individu dapat dimulai dengan perubahan pola makan, pilihan menu makan atau pelaksanaan diet yang sesuai, konsumsi obat minum atau obat suntik (insulin), kontrol dokter rutin dan pemeriksaan gula darah secara mandiri, aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait diabetes, dan lebih jauh peka terhadap perubahan kondisi diri sehingga dapat mengurangi resiko hipoglikemia.

Pada lingkup keluarga, saat penderita diabetes diharuskan mengubah pola makan, dukungan penuh keluarga terdekat sangat diperlukan, anggota keluarga lain mungkin dapat menyesuaikan pola makan, pilihan menu makan, pola hidup sehat, dan olahraga bersama dengan penderita DM, memantau konsumsi obat minum dan penggunaan obat suntik insulin sehingga penderita DM tidak merasa berjuang sendiri dengan penyakitnya. Anggota keluarga lain juga dapat secara preventif, melakukan pemeriksaan atas kemungkinan diabetes yang diturunkan dari orangtuanya, sehingga anggota keluarga yang memiliki resiko dapat juga memulai merubah pola makan dan pola hidup sehat.

Lebih spesifik, peran ibu di rumah menjadi sangat penting dalam menyiapkan menu makan sehat bagi keluarga dengan penderita DM, seorang ibu dapat merencanakan menu makan selama seminggu atau sebulan, sehingga asupan makanan bagi penderita diabetes dan anggota keluarga lainnya dapat dipantau, sehingga sejalan dan menguatkan komitmen seluruh anggota keluarga dan penderita DM. Lingkungan rumah sudah seharusnya menjadi lingkungan yang paling mendukung penderita DM, dimulai dari hal kecil merubah menu makan dan jenis kudapan yang sesuai bagi penderita DM, memperhatikan jenis diet yang sesuai bagi penderita DM, dapat menjadi dorongan dan penguat mental yang luar biasa bagi penderita DM bahwa dia tidak berjuang sendiri, dia dan anggota keluarganya berjuang bersama-sama untuk hidup lebih sehat. Hal kecil ini apabila dilakukan secara konsisten, sangat mungkin dapat diterapkan pada keluarga besar (extended family).

Selain dukungan dari keluarga, dukungan dari komunitas atau sosial juga diperlukan terutama dalam memberikan informasi atau promosi kesehatan terkait pola hidup yang lebih sesuai, promosi diet tepat sasaran untuk penderita hipoglikemia dan promosi kesehatan mengenai pengelolaan penyakit DM untuk mengurangi resiko hipoglikemia.

Penyebaran materi promosi yang luas dan edukasi kepada masyarakat tentang hipoglikemia dan pentingnya Pemantauan Glukosa Darah Mandiri dapat dilakukan komunitas bersama-sama dengan pemerintah, lembaga nirlaba non pemerintah, ataupun peluang kerjasama dengan program bina lingkungan perusahaan (corporate social responsibility atau CSR). Tambahan lagi, adanya kelompok dukungan(support group) sebagai tempat berbagi pengalaman, dukungan dan informasi bagi sesama penderita DM disertai dengan adanya fasilitas konsultasi dengan psikologi kesehatan sangat mungkin membantu terjaganya stabilitas mental atau psikologis para penderita DM. Komitmen pola makan sehat, menu makan sehat juga diperlukan pada lingkungan sosial, misalnya pada lingkungan tempat kerja sebagai lingkup terkecil di luar rumah, komitmen ini dapat berasal dari individu yang dikembangkan menjadi kebiasaan kelompok atau divisinya, yang mungkin juga menjadi bagian dari himbauan pola makan sehat dari divisi Sumber Daya Manusia atau tim dokter kantor. Promosi kesehatan pada lingkungan kerja juga dapat dilakukan dengan mengambil cerita sukses karyawan yang disebarkan secara luas pada berbagai channel yang memungkinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun