Mohon tunggu...
Enang Suhendar
Enang Suhendar Mohon Tunggu... Administrasi - Warga sadarhana yang kagak balaga dan gak macam-macam. Kahayangna maca sajarah lawas dan bacaan yang dapat ngabarakatak

Sayah mah hanya warga sadarhana dan kagak balaga yang hanya akan makan sama garam, bakakak hayam, bala-bala, lalaban, sambal dan sarantang kadaharan sajabana. Saba'da dahar saya hanya akan makan nangka asak yang rag-rag na tangkalna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mohammad Hatta dan Literasi Kita

14 Maret 2020   06:55 Diperbarui: 14 Maret 2020   16:22 3146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pengunjung di Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta di Jl. Soekarno Hatta No.37, Bukittinggi, Sumatera Barat, Minggu (30/4/2017). Pengunjung dapat melihat silsilah keluarga Bung Hatta lewat dokumentasi dan informasi yang dipajang di pigura, serta untuk mengunjungi rumah kelahiran Bung Hatta tak dipugut biaya alias gratis, buka setiap hari dari Senin sampai Minggu dari pukul 08.00-18.00.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Hujan air mata dari pelosok negeri 
Saat melepas engkau pergi 
Berjuta kepala tertunduk haru 
Terlintas nama seorang sahabat 
Yang tak lepas dari namamu

Begitulah sepenggal lirik lagu yang dinyanyikan oleh legenda Iwan Fals pada tahun 1981 dengan judul "Hatta". Lagu yang diciptakan untuk mengenang wafatnya Wakil Presiden RI yang pertama, seorang negawaran besar, sosok yang sederhana nan bersahaja, sang Proklamator, Mohammad Hatta.

Tepat hari ini, 14 Maret 1980, empat dasawarsa silam Bung Hatta meninggal dunia pada usia ke 77 tahun. Sehelai surat wasiat yang dituliskannya semakin menunjukan sikap kesederhanaan dan kebersahajaannya. 

Hatta tidak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, ia ingin dimakamkan di pemakaman biasa sebagaimana wasiatnya "Saya ingin dikuburkan di kuburan rakyat biasa yang nasibnya saya perjuangkan seumur hidup saya". Tanah kusir pun menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir.

Hatta adalah seorang patriot yang telah menisbahkan seluruh hidupnya untuk tanah airnya. Hatta adalah seorang negawaran dari sedikit negarawan yang memberikan kontribusi kepada Indonesia berupa catatan dari pemikiran briliannya dan ratusan tulisan yang memuat ide dan gagasannya yang cerdas.

Mohammad Hatta | Sumber : Akun Twitter @potretlawas
Mohammad Hatta | Sumber : Akun Twitter @potretlawas

Tahun 1927, ketika Hatta sedang menempuh pendidikan di Rotterdam, dia di seret kedalam jeruji besi oleh pemerintah Belanda. 

Penyebabnya adalah tulisan-tulisan Hatta yang dinilai provokatif dan penuh kritik pada pemerintah kolonial Belanda yang ditulis di Majalah Indonesia Merdeka. Majalah yang dilahirkan oleh Perhimpunan Indonesia yang anggotanya para mahasiswa Indonesia di Belanda.

Hatta tidak gentar dan semangatnya tidak surut sedikitpun.

Di balik dinginnya tembok penjara ia merumuskan sebuah pidato pembelaan yang sangat fenomenal.

Pidato itu ia namakan Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka) yang dibacakan Hatta ketika dihadapkan ke pengadilan di Den Haag. Dengan lantang Hatta berkata "Bahwa penjajahan Belanda akan berakhir, bagiku itu pasti. Itu hanya soal waktu dan bukan soal ya atau tidak. Janganlah Nederland menyugesti dirinya sendiri, bahwa penjajahannya akan tetap sampai akhir zaman".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun