Mohon tunggu...
SURAT TERBUKA
SURAT TERBUKA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Mencari Doa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gerhana yang Diundang 2 (Saciko Sacinawa 9)

9 April 2016   15:11 Diperbarui: 9 April 2016   15:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Enggak, Aku sudah kenal kamu,”

“Berarti g’ adil dong, kalau gitu nama kamu Siapa?

“Fitri, tapi Aku g’ suci,” cetusnya.

“Kok bilang gitu,?

Fitri terdiam. Air matanya kembali keluar. Dia tidak terlihat konsentrasi menyetir Mobilnya. Akupun menyuruhnya berhenti dan memintanya untuk menangis sepuasnya.[caption caption="ilustrasi (dokpri)"][/caption]Saciko Sacinawa 9

Fitri mengemudi pelan, suara lakson kendaraan yang terhalang karena pelannya kemudi tidak dihiraukan. Fitri mencari jalan yang sepi, kemudian berhenti dan menangis menunduk dipangku stir mobilnya. Kasian melihatnya kutawarkan pundak ini sebagai bahtera tangisnya.
Makin kencang menangis, dan tak lagi bersandar. Fitri merebahkan kepalanya dipangkuanku. Keluar terikan, “Aku Fitri yang tak suci, Aku kotor dan mengotori diri”. Mendengar teriakan itu, haru juga rasanya. Tak sadar kini fitri berada di paha ini. Tak tau harus berbuat apa.

Dihentikan tangisnya sambil tersungkur ke paha. Lama kami membisu sampai akhirnya keluar sebuah kata.

 “Aku nyaman disampingmu, tapi Sayang Aku sudah tak perawan,”.

 “Emang kalau g’ perawan kenapa?

 “Sulit sih bisa merebut hati kamu, ujarnya sambil meraba dada kiriku.

“Udahh kok bicara soal hati,” tepisku sambil menyingkirkan tangannya.

“Kalau g’ bisa merebut hatimu, minimal nafsumu, say..,” kembali ia meraba, kali ini langsung ke paha.

Kini aku terdiam. Posisinya yang memang sedang tiduran di pangkuan dalam keadaan sedih, membuat diri ini tak bisa memberontak. Aku diam melawan hasrat, antara nafsu dan perasaan. Antara nurani dan naluri, bercampuk aduk menjadi gelora yang terasa diundang.

Memikirkan itu, tak sadar bahwa kini Fitri sudah mencari resleting celana dan sontak membuat jantung ini berdebar. Nekad benar cewek ini. Apa ini sudah menjadi kebiasaannya, benakku.

Sembari tak bisa melawan birahi yang tiba-tiba naik dratis. Dengan cerdas fitri merebahkan kursi mobil itu menjadi lebih datar dan tak sadar Aku tidur dibuatnya. Kini Fitri naik ke pinggangku sambil menatapku tajam memancing. Perlahan, bajunya dibuka yang membuatku lama menutup mata.

“Buka matanya, dong say,…”rintihnya.

Berpura-pura tak ingin membuka mata. Dia terus menggoda. Tak tau sudah sampai mana dia telanjang. Jangankan telanjang, melihat tubuh seksinya saja, birahiku merasa terpancing.

“Ini tidak boleh terjadi, bantu Aku wahai yang mencipatakan Nafsu,” doaku.

Aku semakin terkejut ketika bibir lembutnya mengucup bibirku dan langsung ke mataku yang spontan dibuka oleh mulutnya. Belum sempat melihat tubuhnya yang kini hanya dibalut bungkusan khusus perempuan, tiba-tiba pintu mobil itu di gedor.

Kami sontak kaget, secepat kilat, Fitri menggunakan kembali pakainnya. Dari balik kaca, tiga orang pemuda sedang mengintip apa yang terjadi. Jantung ini terasa berhenti berdetak. Kami terdiam. Semakin keras pintu itu digedor bahkan kini digoyang-goyangkan.

“Gemana ni fit, ujarku.

“Buka saja lah pintunya, ntar semakin banyak yang datang,”pintanya.

“Aku tidak berani, kamu aja, keluar lewat sana, inikan salah kamu,” bentakku.

“Weekk, kamu ini pecundang,.. sergah Fitri kembali.

Aku hanya terdiam, melihat Fitri dengan emosi nan seksi membuak pintu mobilnya kemudian menghadapi yang ternyata sebegitu cepatnya lokasi itu menjadi kerumunan masa.

Bersambung

Kamus Novel Saciko Sacinawa
Bahasa Lombok, Nusa Tenggara Barat

Nyodoq Beketuan= Numpang Nanya/boleh bertanya.
Tyang= Saya / Aku
Selapuq= Semua
Sugul= Keluar
Kejer= Kajar
Kanak Bajingan= Preman
Siq= yang
Ino = Itu
Batur Gubuk= Sahabat sekampung/sedusun
Maleng = Pencuri
Inaq = Ibu, bisa juga untuk panggilan siapa saja yang perempuan walau tanpa ikatan darah
Side = Bahasa halus atau sopan (Lombok) yang berarti Anda, Kamu, Kau, Engkau.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun