Dengan bangga, pengusaha ini justru bercerita bahwa dia sudah mempunyai kebun sawit dan berniat untuk membuka lahan lagi. Dia mengaku telah mengantongi izin dari Pemda setempat, yang mudah didapat asalkan berani "membayar" tinggi pada bupati dan jajarannya. Hati saya semakin teriris, hilang simpati saya kepada dia. Ternyata dia adalah salah satu pelaku perusakan hutan.Â
Gajah diracunÂ
Beberapa hari kemudian, saya mendengar ada gajah yang mati diracun oleh oknum pekerja di perkebunan kelapa sawit. Gajah itu memasuki perkebunan sawit yang dahulu adalah hutan heterogen. Padahal setahu saya, gajah tidak bersalah. Selama bertahun-tahun, mereka melewati jalan yang sama. Tetapi karena keserakahan manusia, habitat mereka pun hilang.Â
Perkebunan sawit merajalela, karena memberikan keuntungan yang luar biasa. Para pengusaha berlomba-lomba untuk memiliki perkebunan sawit. Apalagi kebijakan pemerintah mendukung demi ekspor minyak sawit. Izin pembukaan lahan diobral, sehingga hutan yang seharusnya menjadi rumah berbagai flora dan fauna menyusut drastis.Â
Pengusaha perkebunan kelapa sawit tidak pernah memikirkan kelangsungan hidup hewan-hewan yang seharusnya dilindungi seperti gajah dan harimau. Jika ada gajah dan harimau masuk ke wilayah pemukiman penduduk, mereka justru dibunuh. Karena itu jumlah hewan-hewan ini semakin berkurang dan sekarang di ambang kepunahan.Â
Hentikan perizinan perkebunan kelapa sawitÂ
Sampai kapan kita akan membiarkan perkebunan kelapa sawit yang semena-mena? Alasan untuk memperoleh devisa negara dengan ekspor minyak sawit bukan sesuatu yang tepat. Kekayaan alam yang kita hancur, adalah harga yang terlalu mahal untuk diganti dengan keuntungan materi dari kelapa sawit.Â
Berdasarkan catatan IUCN, populasi gajah Sumatera semakin rendah. Pada tahun 2021 saja,  antara 924-1359 ekor. Jumlah ini diprediksi semakin menurun karena  rusaknya habitat aslinya, alih fungsi lahan menjadi perkebunan, lalu masih terjadi perburuan ilegal dan konflik antara manusia dan gajah.Â
Gajah tidak akan bisa bertahan tanpa hutan sebagai rumah. Sangat penting untuk mempertahankan hutan yang masih ada, agar tidak beralih fungsi lagi. Namun ini membutuhkan tekad dan komitmen yang kuat dari lembaga terkait seperti Kementerian Kehutanan yang memberikan izin serta pemerintah daerah setempat.Â
Sayangnya, soal perizinan sudah seperti mafia, sangat sulit diberantas. Para pejabat sering tergiur oleh "upeti" dari perkebunan kelapa sawit. Akibatnya pembukaan lahan hutan tetap berlangsung secara diam-diam. Dalam hal ini perlu reformasi di bidang kehutanan agar hutan bisa diselamatkan.Â
Saya sangat berharap bahwa Presiden Prabowo memberikan perhatian pada perlindungan satwa langka dan menghentikan izin untuk pembukaan lahan hutan. Cukup sudah, jangan merusak hutan kita lagi. Kalau mau mencari devisa negara, kita bisa mencari alternatif lain yang lebih ramah lingkungan.Â