Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Suksesi di Arab Saudi, Mungkinkah? (Bagian 1)

19 November 2018   20:46 Diperbarui: 19 November 2018   20:51 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi politik di negeri Arab Saudi seperti api dalam sekam. Kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi membuat kerajaan menjadi gonjang ganjing. Indikasi keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman menempatkan kerajaan di titik rawan.

Memang perkiraan semula, Mohammed bin Salman masih bisa diselamatkan dengan bantuan dukungan Amerika Serikat dan Israel. Tetapi belakangan ini Amerika Serikat justru berbalik arah. CIA telah menyatakan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi yang memerintahkan pembunuhan tersebut.

Saya duga, keterangan dari CIA adalah pengaruh dari hubungan telepon antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sehari sebelumnya. Mereka membicarakan perkembangan politik di Timur Tengah cukup lama.

Tampaknya ada beberapa negosiasi antara kedua pemimpin itu. Mereka menemukan kesepakatan untuk persoalan Suriah. Di sisi lain, Erdogan berhasil mendesak Trump untuk tidak melindungi  Mohammed bin Salman. Hanya satu hal yang tidak menemukan titik temu, yaitu masalah ekstradisi Fethullah Gulen.

Trump tetap bersikukuh tidak akan menyerahkan Fethulah Gulen yang dianggap Erdogan terlibat dalam pemberontakan atau kudeta pada tahun 2016. Hal ini menjadi persoalan tersendiri, dimana Trump memegang kartu ini untuk 'merecoki' Turki. Sedangkan persoalan Putra Mahkota adalah masalah lain.

Namun tidak dipungkiri bahwa senat dan pers Amerika Serikat memang mendesak Trump untuk memberi hukuman kepada dalang pembunuhan Jamal Khashoggi. Trump yang sedang menghadapi pemilu sela, tidak bisa mengabaikan hal ini karena berbahaya bagi kekuatan pemerintahannya.

suksesi

Apakah dengan berbaliknya sikap Amerika Serikat memungkinkan dilakukannya suksesi di Arab Saudi? Raja Salman mungkin menyadari bahwa keterlibatan putranya berbahaya untuk eksistensi kerajaan. Bisa saja ia menggantikan Putra Mahkota dengan adik kandung Mohammed bin Salman.

Khalid bin Salman adalah adik kandung Mohammed bin Salman yang menjadi Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat. Ada kabar bahwa Paman Sam lebih menyukai Khalid untuk menggantikan kakaknya sebagai putra mahkota, karena keluarga Salman sudah klop dengan pemeirntah AS.

Namun bagaimana dengan situasi di Arab Saudi? agaknya kerajaan lebih panik daripada yang terlihat di permukaan. Raja Salman kuatir akan timbul pemberontakan dari keluarga kerajaan yang lain. Misalnya dari raja terdahulu, dari dinasti Al Saud.

Beberapa waktu yang lalu, kerajaan telah membebaskan Khalid bin Talal, keponakan Raja Salman. Pangeran Khalid bin Talal juga adalah adik kandung Alwaleed bin Talal, jutawan dan pengusaha ternama di Arab Saudi. Alwaleed juga sempat ditahan, tetapi dibebaskan setelah menyerahkan beberapa aset perusahaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun