Mohon tunggu...
Mazmur Prasetya Aji
Mazmur Prasetya Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Tuan rumah dari Podcast Happietalkie, tersedia di Spotify dan aplikasi dengar lain.

Selanjutnya

Tutup

Film

Aruna dan Lidahnya: Sebuah Petualangan Rasa

5 Oktober 2018   05:03 Diperbarui: 20 November 2021   00:35 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Menyenangkan bila memiliki sahabat sepantaran dengan kesukaan yang sama. Aruna, Bono dan Nad contohnya. Mereka berkarib, ketiganya sama-sama berusia tiga puluhan dan sama-sama terobsesi pada makanan. Aruna (diperankan Dian Sastrowardoyo) seorang ahli epidemilogi ditugaskan menginvestigasi wabah flu burung di beberapa kota.

Dalam penugasan itu, dia ditemani dua sahabatnya Bono (diperankan Nicholas Saputra), seorang chef, dan Nad (diperankan Hannah Al Rashid), seorang penulis, yang berencana berwisata kuliner di kota-kota di mana Aruna ditugaskan.

Pada akhirnya mereka bertiga dipertemukan dengan Farish (diperankan Oka Antara), seseorang dari masa lalu Aruna yang membawa mereka berempat dalam petualangan kuliner, persahabatan, cinta dan konspirasi.

Cerita kemudian mengalir ringan namun sarat dialog menarik khas usia tiga puluhan, bila kalian termasuk di rentang itu, selama menonton film seperti mendengar obrolan teman sendiri. Dalam beberapa adegan, Aruna menghadap kamera seolah-olah berbicara langsung pada penonton. Dian Sastro memerankannya dengan amat baik, teknik ini biasa disebut break the fourth wall.

Tidak banyak film Indonesia yang bertema tentang kuliner Nusantara, terakhir kali ada Tabula Rasa (Lifelike Pictures, 2014). Film ini menceritakan makanan dengan latar belakang budaya Minang. Aruna & Lidahnya (Palaris Film, 2018) menyajikan kuliner yang lebih beragam dari empat kota yang berbeda: Surabaya, Pamekasan, Singkawang dan Pontianak. Banyak adegan yang menampilkan makanan seperti rawon Surabaya, pengkang khas Pontianak atau choi pan dan bakmi kepiting dari Pontianak akan menggugah air liur di sepanjang film.

Alih media dari novel Laksmi Pamuntjak dengan judul yang sama, film ini mengangkat isu flu burung yang menjadi salah satu tema sentral di film terasa kurang aktual saat ini, hal ini dapat dipahami karena penggarapan novel dimulai sejak tahun 2005 di mana saat itu flu burung sedang mewabah.

Aruna & Lidahnya disutradarai oleh Edwin yang pernah diganjar Piala Citra di film Posesif (Palari Films, 2017). Sama seperti film-film Edwin sebelumnya, film ini sarat adegan simbolis: Aruna yang mencecap perasan air jeruk nipis atau minum air sungai dari sedotan. Adegan ini akan menjelaskan ada apa dengan "lidah" Aruna sebenarnya.

Menonton Aruna & Lidahnya, kita diajak sampai pada pemahaman makanan tidak sekedar untuk mengenyangkan. Apa yang kita makan berpengaruh pada perasaan kita, demikian juga sebaliknya.

Sama seperti kata Bono, "Hidup itu kayak makanan. Dalam satu piring, elu bisa ngerasain makanan yang sepahit-pahitnya atau seasin-asinnya, kalau elu makannya sendiri-sendiri."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun