Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis dan ini menyebabkan anak menjadi pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Kekurangan gizi ini dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal setelah anak lahir, akan tetapi gejala akan terlihat setelah anak berusia 2 tahun dan hal yang mempengaruhi ini adalah gizi ibu dan gizi anak terhadap pertumbuhan anak. Usia 0-24 bulan adalah usia anak yang menentukan kualitas kehidupan sehingga pada usia ini disebut sebagai periode emas.
Stunting tidak hanya terkait dengan permasalahan gizi yang dialami oleh anak, namun penanganannya di tingkat keluarga perlu melibatkan peran ayah dan ibu yang bersifat androgini, yaitu antara ayah dan ibu memiliki peran dan fungsi yang relatif sama dalam pengasuhan. Peran ayah tidak hanya terbatas pada mencari nafkah namun juga terlibat membimbing dan mengasuh anak di rumah. Hal ini diperkuat dengan amanat yang tertuang dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan Pemerintah, dan pemerintah daerah (Wahyu, 2022).
Stunting masih menjadi salah satu tantangan besar dalam pembangunan kesehatan anak di Indonesia. Menurut data terbaru, 1 dari 5 anak balita di Indonesia mengalami stunting—suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang menyebabkan anak tumbuh lebih pendek dari usia seharusnya, dan memiliki risiko gangguan perkembangan kognitif serta kekebalan tubuh yang lemah.
Ironisnya, di tengah kekayaan laut yang kita miliki, masih banyak anak-anak yang belum terbiasa mengonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani utama. Padahal, ikan adalah salah satu sumber gizi terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan anak—terutama pada masa emas 1.000 hari pertama kehidupan.
Salah satu solusi yang mulai dikembangkan oleh mahasiswa dan praktisi gizi lokal adalah olahan abon ikan kembung. Bukan hanya karena kelezatannya, tetapi juga karena kandungan gizinya yang luar biasa dan manfaatnya yang nyata.
Manfaat dari Abon Ikan Kembung:Â
1. Abon Ikan Kembung: Inovasi Kecil, Manfaat Besar
Abon ikan kembung bukan sekadar lauk biasa. Dibuat dari ikan lokal yang mudah didapat, produk ini memiliki kandungan protein tinggi, omega-3, zat besi, serta berbagai mikronutrien penting lainnya yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak yang sedang tumbuh.
Dibandingkan daging sapi atau ayam, ikan kembung lebih terjangkau namun tetap unggul secara gizi. Bahkan, kandungan omega-3 dalam ikan kembung lebih tinggi dari ikan salmon. Nutrisi ini sangat penting untuk perkembangan otak dan sistem saraf anak.
Dalam bentuk abon, ikan kembung menjadi lebih praktis, gurih, dan mudah dikonsumsi anak-anak, termasuk yang sedang mengalami penurunan nafsu makan. Bisa dicampur dengan nasi, bubur, atau roti tanpa perlu dimasak ulang.
2. Manfaat Abon Ikan Kembung Untuk Anak Stunting
Salah satu intervensi penting untuk mengatasi stunting adalah pemberian makanan bergizi tinggi, terutama yang mengandung protein hewani berkualitas seperti ikan. Abon ikan kembung menjadi pilihan yang sangat baik karena mengandung protein dalam jumlah tinggi yang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan membangun jaringan tubuh, terutama tulang dan otot. Selain itu, ikan kembung kaya akan asam lemak omega-3 seperti EPA dan DHA, yang berperan penting dalam perkembangan otak dan sistem saraf pusat. Zat gizi lainnya seperti zat besi dan zinc juga terdapat dalam ikan kembung, yang berfungsi untuk mendukung sistem kekebalan tubuh dan mencegah anemia yang dapat memperburuk kondisi stunting.
3. Manfaat Ikan Kembung Untuk Ibu Hamil
Ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang meningkat dibandingkan perempuan yang tidak hamil, karena ia harus mencukupi kebutuhan tubuhnya sendiri sekaligus kebutuhan janin yang sedang tumbuh dan berkembang. Dalam kondisi ini, konsumsi protein, zat besi, kalsium, dan asam lemak esensial sangat penting. Abon ikan kembung menjadi salah satu sumber makanan yang sangat bermanfaat karena memiliki kandungan gizi lengkap yang dibutuhkan selama kehamilan. Protein dalam ikan kembung membantu membangun jaringan baru baik bagi ibu maupun janin, serta mendukung perkembangan plasenta. Zat besi dan vitamin B12 dalam ikan kembung membantu mencegah anemia yang sering dialami ibu hamil, di mana anemia pada kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi persalinan dan berat badan lahir rendah. Selain itu, ikan kembung juga mengandung kalsium yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi janin serta menjaga kekuatan tulang ibu selama masa kehamilan.
4. Manfaat Ikan Kembung Untuk Balita
Abon ikan kembung juga memiliki keunggulan dari segi tekstur dan rasa, yaitu lembut dan gurih, sehingga disukai oleh anak-anak dan mudah diberikan pada balita yang sedang belajar makan makanan keluarga. Abon bisa dicampurkan ke dalam nasi, bubur, atau bahkan roti sebagai lauk tambahan tanpa perlu dimasak ulang, yang tentu memudahkan orang tua dalam menyajikan makanan bergizi. Selain itu, bentuknya yang tahan lama dan mudah disimpan menjadikan abon ikan kembung sebagai pilihan yang praktis, terutama untuk keluarga dengan aktivitas tinggi. Dengan memberikan abon ikan kembung secara rutin, balita bisa mendapatkan tambahan asupan gizi penting yang membantu mereka tumbuh sehat, cerdas, dan lebih tahan terhadap infeksi.
5. Solusi Cerdas untuk Cegah Stunting di RumahÂ
Abon ikan kembung adalah pilihan yang cerdas bagi ibu-ibu rumah tangga yang ingin memberikan gizi terbaik tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. Produk ini tahan lama, tidak mudah basi, dan bisa disimpan sebagai lauk cadangan di rumah.
Lebih dari itu, produk ini juga mendukung program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu atau sekolah. Bentuknya yang menarik dan rasanya yang disukai anak-anak membuatnya cocok digunakan dalam intervensi gizi di masyarakat.
6. Dukung Ekonomi Lokal, Bangkitkan Gizi Bangsa
Tak hanya bermanfaat untuk kesehatan anak, pengembangan abon ikan kembung juga mendorong ekonomi lokal. Nelayan mendapatkan nilai tambah dari hasil tangkapan mereka. Ibu-ibu rumah tangga bisa terlibat sebagai pelaku usaha mikro dalam proses produksi. UMKM bisa mengembangkan produk ini sebagai oleh-oleh khas daerah yang sehat dan bergizi.
Dalam skala kecil, banyak manfaat besar yang bisa muncul. Inilah bentuk pemberdayaan pangan lokal yang nyata—dimulai dari dapur rumah tangga hingga kontribusi bagi bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI