Mohon tunggu...
Emanuel Hayon
Emanuel Hayon Mohon Tunggu... Editor - •Menulis adalah tanda berpikir

Kritis adalah cara kreatif untuk melatih keseimbangan otak kiri dan kanan•

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Covid-19: Kolaborasi hingga Kesigapan Kita

20 Februari 2020   13:29 Diperbarui: 20 Februari 2020   13:29 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi COVID-19.

Tepatpukul 21.00 WIB. Mata tertuju pada siaran sebuah stasiun tv asal Singapura, Channel News Asia. Kaget, disetiap sekuen feature yang ditampilkan menunjukkan ada kepanikan warga Singapura. Apalagi kalau bukan karena virus Corona alias COVID-19.

Dalam reportase berbentuk feature tersebut digambarkan ketakutan yang menghantui masyarakat Singapura, hingga beramai-ramai menuju pusat perbelanjaan dan memborong sembako karena takut kehabisan stok persediaan jika COVID-19 terus menyerang dan bergejolak dalam pekan demi pekan ke depan.

Memang benar, usai  virus berbahaya ini menyebar dari Kota Wuhan, Tiongkok ke seluruh dunia menjadi ancaman yang besar bagi semua umat manusia. "Virus ini mematikan. Kami takut sekali sehingga kami cepat memborong makanan dan takut kehabisan nantinya," tutur seorang ibu yang ada dalam antrian tersebut saat diwawancari Channel News Asia.

Tak lama usai laporan ini tayang, muncul berita baru lagi bahwa ada semacam gejala penarikan uang (rush money) dalam jumlah besar oleh warga Singapura. Atas dasar gejala tersebut, Pemerintah Singapura kemudian merespons dan memberikan jaminan bahwa stok makanan tetap aman ke depan hingga meminta warga untuk tidak tergesa melakukan rush money.

Singapura memang paling terdampak atas penyebaran COVID-19 di kawasan ASEAN. Meski demikian, negeri ini juga punya kesigapan luar biasa dari fasilitas kesehatannya dan penanganannya.

Usai dua tayangan yang menarik perhatian ini, saya sudahi tontonan berita tersebut. Rupanya COVID-19 tak sekedar menjadi bahan perbincangan rekan jurnalis, bahkan masuk dalam group whatsapp pun muncul perdebatan tersebut. Dari semua tulisan dan perdebatan, saya tertarik dengan satu pertanyaan anggota group, "Sudah siapkah kita jika virus ini masuk secara masif dan menyerang bangsa ini seperti di Singapura ? "

Apapun jawabannya, saya yakin Pemerintah Indonesia pasti telah mempersiapkan dan mengantisipasi serangan COVID-19. Hingga pada akhirnya, kemarin tersiar kabar bahwa seorang turis asal Tiongkok yg kembali dari liburan di Bali langsung terserang COVID-19.

Perdebatan kemudian muncul, apakah COVID-19 sudah ada di Bali tapi sejauh ini belum terdeteksi ? Barangkali itu hanya bisa dibuktikan secara ilmiah dan uji laboratorium. 

KOLABORASI
Meski demikian, di balik banyak perdebatan tentang kisruh ada tidaknya COVID-19 di Indonesia ada satu hal yang menarik yang dilemparkan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. 

Dikutip dari cnn.com, lembaga biologi plat merah ini mengklaim belum terlibat dalam proses deteksi virus corona atau COVID-19 di Indonesia. Wakil Kepala LPM Eijkman Herawati Sudoyo berharap ada kolaborasi dengan seluruh pihak terkait untuk mendeteksi virus tersebut.

"Semua itu sebenarnya sudah bisa memberikan indikasi terhadap apa yang terjadi. Yang kami inginkan adalah kolaborasi, kolaborasi, kolaborasi," ujar Herawati di Gedung LBM Eijkman, dikutip dari berita cnn.com,  Rabu (12/2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun