Kurikulum sekarang ini mengarah kepada pembelajaran Deep Learning. Pembelajaran Deep Learning merupakan pendekatan yang menekankan pemahaman konsep secara mendalam. Deep Learning juga menekankan penguasaan kompetensi dengan suasana belajar yang sadar (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful).
      Pembelajaran Deep Learning menjadikan peran guru di kelas  bertindak sebagai  fasilitator.  Guru tidak lagi menjejali teori-teori kepada siswa  secara intens di dalam kelas. Penjelasan yang mendalam justru akan membuat siswa menjadi dininabobokkan sepanjang belajar. Mereka menjadi peserta pasif.
      Tentu kita tahu bahwa tujuan pembelajaran yang diharapkan  agar terciptanya pendidikan yang bermutu, menghasilkan generasi yang kritis. Adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
      Di sini jelas bahwa siswa harus benar-benar belajar. Belajar dalam arti siswa membutuhkan pengetahuan secara maksimal dan intens. Agar pengetahuan itu dapat diterima dengan baik, siswa harus fokus. Bagaimana cara agar siswa bisa fokus dalam belajar?
      Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan batasan ruang penggunaan gawai di dalam kelas. Banyak sekolah membolehkan siswa membawa gawai ke sekolah. Bahkan, membolehkan secara full day menggunakan gawai dalam belajar. Sementara pengawasan dari guru belum maksimal. Sehingga siswa mencurangi proses pembelajaran dengan mencuri-curi waktu membuka gawai tanpa instruksi dari guru.
      Gawai merupakan salah satu alat yang menjadi kebutuhan setiap orang. Bagi orang yang sudah ketergantungan dengan gawai, hidupnya menjadi gelisah bila tidak memegang semenit saja. Terlebih siswa yang sudah kecanduan dengan gawai akan sulit fokus dalam belajar. Bila hal ini tetap kita biarkan ruang mereka menggunakan gawai dalam belajar maka pembelajaran dengan prinsip utama mindful learning ini tidak akan berjalan sesuai harapan.
      Guru harus menanamkan kepada siswa bahwa fokus belajar itu sangat penting. Rasa sadar dalam diri siswa harus dibangun bahwa pengetahuan itu penting dipelajari. Proses selanjutnya, siswa paham dengan pengetahuan yang didapat. Pemahaman itu dapat direfleksikan dalam diri bahwa siswa butuh pengetahuan itu. Dengan pengetahuan dapat meningkatkan intelektual pikiran dan perbuatan.
      Guru harus bisa menjalankan disiplin tanpa gawai dalam belajar.  Kekuasaan penuh ada di tangan guru ketika berada di dalam kelas. Oleh karena itu, di awal masuk guru perlu membuat kesepakatan bersama dengan siswa tentang disiplin belajar. Masukkan dalam kesepakatan kelas ini tentang tidak boleh menggunakan gawai saat guru menjelaskan, saat diskusi kelompok, atau saat-saat yang diinginkan guru siswa fokus dalam pembelajaran.
      Mengapa siswa harus dibatasi ruang penggunaan gawai  saat belajar di dalam kelas? Nah, kalau siswa dibebaskan menggunakan gawai dalam proses pembelajaran maka  kreativitas, penalaran kritis,  dan kemandirian dalam belajar tidak akan bisa kita dapatkan. Siswa dengan mudahnya mengakses tugas yang kita berikan melalui gawai mereka. Siswa langsung cepat mendapatkan informasi melalui Artificial Intelligence (AI). Pengetahuan sangat mudah dicari dengan AI ini tanpa proses berpikir yang dalam. Tentu hal ini bertolak belakang dengan tujuan pembelajaran yang sudah dicanangkan pemerintah.
      Pertanyaan selanjutnya , apakah belajar tanpa gawai bisa menyenangkan siswa? Tentu saja bisa asalkan guru bisa menguasai kelas dan menguasai materi pelajaran  dengan sangat baik.  Strategi yang menarik, model pembelajaran yang menarik, atau sikap dan perilaku guru yang menyenangkan akan membawa pengaruh baik bagi siswa. Siswa akan melupakan sementara gawainya dalam belajar. Siswa akan terhanyut dengan suasana menyenangkan  yang dibangun bersama.  Semoga tips ini dapat membantu para guru hebat di luar sana.
Medan, 23 Agustus 2025