Mohon tunggu...
Elvida Busma
Elvida Busma Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah cara berbagi dengan sesama tanpa dibatasi ruang dan waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Senja

11 September 2019   17:08 Diperbarui: 11 September 2019   17:40 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Pixabay by Mohamed Hassan

Terlahir sebagai anak pertama dan menjadi seorang kakak membuatku merasa punya bertanggung jawab, ingin membela dan melindungi keluarga. Aku masih ingat dengan jelas ketika Ibu memohon agar Ayah tidak angkat kaki dari rumah. Dan Ibu rela dimadu oleh perempuan yang telah merebut kedamaian keluarga kami.

Saat itu aku masih duduk di klas dua Sekolah Menengah Pertama.

Suatu sore Ayah membawa semua pakaiannya dengan dua buah koper besar. Ibu menangis memohon Ayah untuk tidak pergi.

"Ayah, jangan pergi demi anak-anak. Saya mohon, saya ikhlas dimadu." Ibu bersimpuh sambil memegang kaki Ayah.

"Aku sudah bosan! Dengan segala tetek bengek rumah ini!"

Plakk

Bukk

Ayah menampar dan menendang Ibu, tubuh perempuan yang melahirkanku terkulai di sudut kamar. Aku terdiam dan ketiga adikku menangis ketakutan. Karena tak tahan melihat kondisi ini. Aku berlari melindungi Ibu.

"Ayah cukup! Jangan sakiti Ibu, cukup perselingkuhan Ayah menjadi duri dalam daging." Teriakku.

"Oh, kamu sudah besar ya? Lancang!"

Plakk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun