Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suka-duka Tinggal di Rumah Orang Lain: Jadi Upik Abu, Tukang Ojeg, hingga Diperlakukan seperti Anak Sendiri (1)

5 Agustus 2020   14:04 Diperbarui: 5 Agustus 2020   14:32 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Saya tidak pulang, Bu. Saya menginap di rumah penduduk. Tempatnya jauh." Jawab saya. 

Sore hari, saat saya dan beberapa anak muda di desa mencari bibit bakau, puteri pak kades datang menjemput saya dengan sepeda motor. "Ibu suruh aku jemput Kakak untuk pulang." 

"Kakak tadi sudah pamit malam ini menginap di rumah kader posyandu, kenapa masih dijemput?" 

"Gak taulah, pokoknya Kakak disuruh pulang." Jawab puteri pak kades. "Aku sudah bela-belain bawa motor sejauh ini buat jemput Kakak. Ayolah, Kak. Kita pulang sekarang." Rayunya. 

Saya tetap menolak pulang karena memang masih ada yang harus saya kerjakan. Dan sejak hari itu, saya berpindah-pindah tempat menginap di rumah penduduk dengan beragam alasan yang masuk akal. Sesekali saya pulang ke rumah pak kades, dan kepulangan itu disambut dengan tugas memasak dan cucian piring kotor yang selalu banyak. 

Saya bersyukur, di keluarga, saya dan saudara-saudara saya dididik orang tua untuk tidak mengandalkan orang lain, apalagi sampai memanfaatkan. Jangan mentang-mentang ada orang menumpang tinggal di rumah kita, lalu kita seenaknya menyuruh ini itu. 

Tiga orang sepupu saya pernah tinggal bersama kami, menumpang tinggal karena melanjutkan sekolah di kota. Pekerjaan rumah yang biasa saya dan saudara-saudara saya kerjakan tetap menjadi tanggung jawab kami masing-masing.

Ada atau tidak ada sepupu kami, pekerjaan tersebut tetap akan beres. Mama hanya menekankan ke keponakan-keponakannya yang menumpang tinggal di rumah kami agar mengurus urusan pribadi mereka sendiri. Selesai makan, cuci piring sendiri. Baju tidak boleh direndam di dalam ember lebih dari sehari.

Dulu, saya sering menganggap mama pilih kasih, lebih sayang sama keponakannya daripada anaknya sendiri. Tapi mama selalu jawab, "kelak kalian akan merasakan sendiri manfaatnya. Mama hanya gak mau, orang yang tinggal di rumah mama lebih mandiri dari anak mama sendiri." 

Bandingkan dengan sikap si ibu kades, lebih memilih anak perempuannya menjemput saya ke lokasi yang jauh dari rumah, daripada menyuruh anak perempuannya memasak atau mencuci piring di rumah.

Saya tidak sanggup tinggal di keluarga seperti itu, saya digaji dan dibayar untuk menjadi fasilitator desa. Mengkaji potensi desa agar ada perbaikan lingkungan dan perekonomian masyarakat desa, bukan untuk jadi upik abu di rumah kepala desa.

Banyak orang tua bisa mendidik anak-anaknya cerdas secara akademik, tapi gagal dalam mendidik anak mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun