Mohon tunggu...
Elsa Zudianingrum
Elsa Zudianingrum Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa yang gemar menjelajahi filosofi hidup dan sastra, yang memiliki hobi berburu kedai kopi dengan suasana unik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita dan Langit Senja

3 Januari 2025   17:51 Diperbarui: 3 Januari 2025   17:49 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

Mentari mulai tenggelam di ufuk barat, menyisakan semburat jingga di langit sore. Di bawahnya, Alina duduk di atas akar pohon beringin tua di pinggir danau kecil desa mereka. Di sampingnya, terdapat Reynand yang sedang sibuk mengukir kayu dengan pisau kecil.

“Aku suka senja,” kata Reynand tiba-tiba.

Nara menoleh, alisnya terangkat. “Kenapa? Karena warnanya indah?”

Alina menggeleng. “Karena senja itu seperti kita. Ada saat terang, ada saat gelap, tapi tetap indah bersama.”

Reynand tersenyum kecil mendengar filosofi sederhana itu. “Kau benar. Tapi kita lebih dari senja. Kita ini seperti bintang dan bulan tidak pernah saling meninggalkan meski malam datang.”

Mereka tertawa kecil. Sejak kecil, Alina dan Reynand tak terpisahkan. Alina yang ceria dan periang selalu menjadi cahaya bagi Reynand yang pendiam dan penuh perhitungan. Sebaliknya, Reynand selalu menjadi pelindung bagi Alina yang sering bertindak impulsif.

Namun, senja itu berbeda. Reynand membawa kabar yang telah lama ia sembunyikan.

“Lin,” panggilnya pelan.

“Hm?”

“Aku akan pindah ke kota minggu depan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun