Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pak Kamsidi

18 Juli 2018   09:00 Diperbarui: 16 Agustus 2018   16:40 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : travel.kompas.com

Dikejauhan dipematang sawah terlihat para petani berduyun berjalan pulang kerumah, dibalik hutan dekat sawah yang menghijau terlihat langit berwarna jingga. Udara sore hari komplit dengan pemandangan khas pedesaan membuat betah berlama- lama duduk di beranda depan rumah . Beranda yang diteduhi pohon Belimbing. 

Memandang hilir mudik petani pulang dari ladang dan sawah . Melihat ibu-ibu membawa kayu bakar, bapak-bapak membawa berkarung-karung rumput sambil menarik sapi dan  kambing.Tawa canda anak-anak desa bermain lompat tali, gadis-gadis desa bertelanjang dada pulang dari mandi dipancuran . Ayam-ayam tetangga masih sibuk mencakar- cakar tanah mencari makan. 

Anak ayam berdecit-decit mengekor induknya yang sedang mencari makan menambah harmonisasi suasana sore itu terasa lengkap, menghangatkan jiwa. Sore itu, saat menikmati pemandangan yang menghangatkan seperti biasanya Pak Kamsidi lewat terbirit-birit membawa kayu bakar dan ada karangan ikan diatas kayu bakarnya.

 Pundak Pak Kamsidi kwalahan   membawa setumpukan kayu ditambah kaki nya berjalan menyilang. Pak Kamsidi terkena polio sewaktu kecil. Gurat ketegaran jelas terpancar di wajah Pak Kamsidi. Ia telah menduda selama dua puluh lima tahun ditinggal mati istri dan harus menghidupi ke empat  anak-anaknya.  

Tidak cukup dengan berjalan menyilang Pak Kamsidi juga bermasalah dengan pengucapan.Pak Kamsidi ketika berbicara tidak jelas  huruf  vocal  dan  konsonannya.  Orang  tua  Pak  Kamsidi  hanya  mewariskan  sepetak sawah dipinggiran desa. Tapi bagi Pak Kamsidi semua itu sudah cukup ia mendapat hadiah  dengan menikahi  Susi  si Kembang Desa. Akan  tetapi si Kembang  desa tidak berumur panjang. 

Ia meninggal, pendarahan melahirkan anak ke-empatnya. Pak Kamsidi duda dengan empat anak perempuan. Anak-anak Pak Kamsidi Nilam, Susi, Sekar,  dan si bungsu Hayu tidak diragukan lagi mewarisi wajah ayu yang diturunkan ibu mereka.

Orang-orang desa mengatakan Pak Kamsidi beruntung mempunyai anak - anak cantik jelita.Banyak orang  yang ingin jadi menantu Pak Kamsidi. Singkat cerita menurut orang-orang Desa kehidupan Pak Kamsidi akan membaik berkat wajah- wajah jelita anak Pak Kamsidi. 

Tapi apa mau dikata kenyataan tidak demikian. Waktu  itu si  sulung Nilam tengah  menempuh Ujian  Nasional untuk kelulusan Sekolah Menengah pertama. Ditengah sawah  Pak Kamsidi dijemput oleh wali kelas Nilam, katanya  Nilam  tiba-tiba  pingsan.  

Sampai  disekolah  jadilah  Pak  Kamsidi menanggung  malu. Nilam  bukan  pingsan  biasa,  melainkan  keguguran  didalam kelas.

Keguguran ditengah berlangsungnya Ujian Nasional (UN). Berhari-hari Nilam mengurung diri, tidak berbicara, hanya berbaring di kasur lusuh sambil menatap plafon kamarnya yang sudah berlubang. 

Hari berganti hari, bulan ke bulan, hingga tahun-ketahun dia tidak pernah mengelurakan suara. Lain lagi Susi si janda kembang. Si janda kembang jadi gunjingan ibu-ibu karena tukang merusak rumah tangga orang. Pak Kamsidi hanya bisa tutup telinga .  Tiap kali Pak Kamsidi menegurnya, malu sama tetangga perihal hobi Susi suka pacaran dengan suami orang  maka Susi  akan mejawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun