Mohon tunggu...
Lail Maghfirah
Lail Maghfirah Mohon Tunggu... -

Assalamualaikum. Salam kenal, nama saya Lailatul Maghfirah. Teman-teman bisa panggil saya, Lail. Namanya lail tapi lahirnya pagi, hehe. Asli orang banjar. Sekarang saya adalah salah satu mahasiswi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, jurusan Tafsir Qur’an semester 3. Bagi saya menulis adalah hal indah. Ia seperti rasa jatuh cinta atau seperti hujan. Ia candu namun bermanfaat. Menulis pun juga sebagai pengingat, ia seperti bumerang yang akan berbalik mengingatkanmu atau mengenaimu. Menulislah, kawan!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ternyata di Hati

14 September 2018   22:25 Diperbarui: 14 September 2018   22:40 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Teteh, maaf ya, jangan marah yaa" ujar Riz.

"Teteh tuh dari tadi dipanggil bunda, kita juga udah dari tadi manggil teteh, teteh baik-baik saja?" lanjut Rei.

 "Yuu masuk ke rumah, teh Aya-ku, teteh sayangku" ujar Riz sambil memegang tanganku.

"De Rei, De Riz, teh Aya pengen disini dulu, pengen murojaah dulu, malu sama Allah kalo teteh mau nikah tapi hapalannya belum lancar, bilang ke bunda ya, sayang-sayangku, nanti teh Aya masuk sebelum shalat dzuhur, oke?" jawabku sambil melihat kedua mata adik-adiku.

"Iya teteh-kuu, sayangnya kita, tapi janji ya, sebelum dzuhur" jawab mereka hampir bersamaan dengan tingkah lucunya. Mereka berlari lagi menuju rumah, terdengar samar-samar mereka berbicara dengan bunda.

Namaku adalah Shofiyyatul Khanza Azzahra, keluargaku biasa memanggilku Aya, si kembar memanggilku Teh Aya-ku, atau kadang ada yang memanggilku Neng Aya. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara, aku punya si kembar pengantin, Muhammad Reihan Ash-Shiddiq dan Rizhani Farhana Al-Humaira, Rei dan Riz aku memanggil mereka. Ayah dan bunda, mereka adalah penggiat Al-Qur'an, salah satu dari orang-orang yang ingin membumikan Al-Qur'an, menjaga Al-Qur'an, aku sangat beruntung memiliki mereka Ayah, Bunda, Rei dan Riz.

Aku melamun kembali, ditanganku ada mushaf yang seharusnya aku baca sedari tadi untuk murojaah hafalanku. Alhamdulillah, keluargaku adalah penghapal Al-qur'an, bahkan si kembar sudah punya hafalan 15 juz, insyaAllah mutqin, padahal umur mereka masih  10 tahun. Aku dan si kembar beda 12 tahun. Lamunanku terbang ke masa kecilku 10 tahun yang lalu, saat itu aku berumur 12 tahun, dimana bunda yang sibuk dengan rumah tahfidznya, dan ayah sibuk dengan kliniknya, kadang sesekali keluar kota untuk dakwah. 

Bunda lulusan Unpad jurusan keperawatan, dan Ayah lulusan Unpad jurusan pendidikan dokter, mereka bertemu di organisasi, satu tujuan, dan satu pemahaman. Tapi, karena kesibukan mereka, saat itu aku merasa tidak dipedulikan. Tepat, kelulusan sekolah dasar, kedua orangtuaku tidak bisa menghadiri acara kenaikan kelas, mereka sibuk, yang mewakili adalah nenekku. Aku marah, padahal aku mendapatkan peringkat 1 saat itu.

Saat itu, saat pulang dari acara itu, tepat pukul 5 sore, kulihat diriku saat itu masih dengan muka yang masam. Bunda datang bada maghrib, ia langsung menghapiri kamarku. Saat itu, mataku masih terlihat sembab dan bengkak.

"Nak, maafin Bunda ya. Ada alasan bunda gabisa hadir, ini buat kebaikanmu" kata Bunda sambil mengusap air mataku yang keluar.

"Bunda tau, kalau Aya, kesayangannya bunda, kecewa sama bunda, Bunda minta maaf ya" lanjut Bunda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun