Mohon tunggu...
Ella Zulaeha
Ella Zulaeha Mohon Tunggu... Self Employed -

Jadikan sabar dan sholat senagai penolongmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Santri Itu Keren, Nak!

2 Juli 2016   11:44 Diperbarui: 2 Juli 2016   11:54 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum lagi pergaulan jaman sekarang yang sungguh memprihatinkan. Tawuran, rokok, narkoba, warnet dan pergaulan bebas, sungguh membuat ngeri orangtua manapun termasuk saya. Saya tak ingin Danish salah bergaul, karena tidak mungkin saya bisa mengawal anak 24 jam apalagi saat anak berada di luar rumah. 

Bicara soal kemandirian, Danish termasuk anak yang tingkat kemandiriannya sangat kurang. Ia sangat bergantung pada orangtuanya. Mulai dari bangun tidur, sholat 5 waktu, mandi, makan, berangkat sekolah, semua dalam pengawalan orang tua. Belum pernah ia lakukan sendiri atas kesadaran sendiri. Semua dilakukan atas perintah orangtuanya.

Itulah alasan kami bertekad memasukan Danish ke PonPes. Namun tidak sekonyong-konyong kami memaksa dia untuk mengikuti kehendak kami. Bersyukurnya Sekolah Danish SDIT sangat menunjang untuk masuk ke PonPes. Sebagai syarat kelulusan SD, siswa wajib khatam dan hafal 30 surat Juzz Amma. Setidaknya Danish memiliki bekal untuk menjadi santri.  

Sejak kelas 5 SD, Danish sudah dikenalkan dengan dunia PonPes. Ada 8 PonPes yang sudah kami kunjungi. Saat berkunjung ke tempat-tempat itu kami sempat berinteraksi dengan para santri disana. Kami bertanya apa alasan mereka mau menjadi santri, mengapa mereka memilih PonPes tersebut, mengapa mereka betah tinggal di PonPes, apa tujuan mereka setelah keluar dari PonPes. Dari situlah secara tak langsung kami berusaha menanamkan keyakinan pada Danish bahwa banyak anak seusianya yang dengan kerelaan hati menjadi santri tanpa paksaan orang tua. 

Saya bilang pada Danish, "tuh lihat, jadi Santri itu keren kan? Wajah para santrinya ceria dan berseri-seri karena tak lepas dari ibadah dan ketaatan. Santrinya juga mampu mandiri dan tidak manja. Dunia akhirat bisa didapat. Karena anak yang soleh itu investasi akhirat untuk orangtuanya". Secara akademis pun tak kalah hebat dengan siswa dari sekolah Negeri ataupun swasta. Prestasi berjejer bisa dilihat dari banyaknya piala yang terpajang di sana. 

Kenapa jadi santri saya bilang keren ? karena  kenyataannya, begitu banyak pesantren di negeri ini yang melahirkan cendekiawan, ilmuwan, ulama dan bahkan pimpinan negara. Semua membuktikan bahwa pesantren bukanlah lembaga pendidikan kelas dua. Sebaliknya, justru pesantren adalah lembaga pendidikan kelas satu yang sudah terbukti baik dan dapat menjawab tantangan zaman. Di tempat inilah anak bisa mendapatkan ilmu dan peradaban.

Demi meyakinkan Danish lagi, saya sengaja memperlihatkan Film "Negeri 5 Menara". Kisah Alif di Film itu sungguh menjadi inspirasi saya sebagai orang tua, dan bagi Danish kisah Alif itu ibarat udara segar baginya untuk berani dan tangguh seperti Alif. Semoga ya nak!

Alhamdulillah, Danish kini tak lagi galau dan khawatir.  Ketakutannya selama inipun sirna. InsyaAllah secara mental ia sudah siap menjadi santri. Tak hentinya kami memberi semangat padanya bahwa ia bisa dan mampu mandiri menjadi santri. Berada jauh dari orangtua akan membuatnya lebih dewasa dan matang dalam bersikap. Rasa sayang orangtua terhadapnya sedikitpun takkan berkurang. 

Dari berbagai PonPes yg kami datangi itu, akhirnya Danish memilih PonPes di Jayanti Serang. Oke, setidaknya kami bisa memberikan pilihan dan komitmen. Dari situ Danish mulai belajar bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Karena kami tak ingin suatu saat nanti dia menyesali karena terpaksa mengikuti kemauan orangtuanya. 

Test masuk PonPes itu juga tidak mudah. Karena Danish sempat gagal masuk di PonPes di wilayah Sukabumi. Padahal dia sudah belajar hingga larut malam. Bersyukur test di PonPes kali ini ia berhasil lulus. Ternyata peminatnya sungguh banyak. Ratusan anak calon santri dari berbagai propinsi datang. Subhanallah... Sungguh terharu melihatnya. Tak menyangka begitu banyak orangtua yang sayang dan peduli pada pendidikan anak. 

Namun tidak semua calon santri yang bisa dengan mudah lulus. Materi akademis yg diujikan lumayan berat. Yg pasti ada tes membaca Al-Quran dan praktik sholat. Ada berbagai cerita dari anak yang tidak lulus itu, ada alasan orang tua memasukan anak ke PonPes agar anaknya bisa belajar mengaji. Padahal di PonPes itu sifatnya mengembangkan pendidikan yg sudah didapat saat SD. Belajar mengaji seharusnya sudah didapatkan saat anak duduk di bangku SD. Ada juga yang terpaksa mengikuti kemauan orang tua. Hal tersebut diketahui saat sesi wawancara dengan ustadz disana. Sekali lagi, jangan pernah memaksakan kehendak kita kepada anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun