Aku baru saja mengikuti ta'lim di kampus. Pengisi materi kali ini adalah Ustaz Firman. Selama mengikuti ta'lim tadi, aku selalu menundukkan kepala. Bukan apa-apa, tapi hanya berusaha meminimalisir pandanganku pada Ustaz itu.
Ada perasaan yang kusimpan selama ini. Aku sendiri tidak yakin apa namanya, kagum atau cinta. Karena itulah, aku berusaha untuk tidak melihat langsung padanya. Aku takut, jangan-jangan niatku mengikuti ta'lim adalah karena ingin melihatnya. Namun, aku benar-benar tidak tahu siapa pemateri di majlis hari  ini. Pihak penanggungjawab memang tidak menginformasikan nama pengisi ta'lim, dengan alasan meminimalisir niat pengunjung.
Sambil menunggu angkutan kota, aku membuka Al-Qur'an kecilku. Aku tidak memperhatikan sekitar. Hanya sesekali saja melirik untuk memastikan angkot yang kutunggu sudah sampai atau belum.
"Assalaamu'alaikum," sebuah suara mengagetkanku.
Aku spontan mendongak. Hatiku berdegup kencang saat bertatapmuka dengan pemilik suara tersebut, Ustaz Firman. Aku langsung menunduk.
"Wa'alaikumussalaam, afwan," jawabku sembari mengatupkan kedua tangan.
"Ukhti yang bernama Nusyaibah, kan? Adiknya Tsumayya?"
Untuk kedua kalinya aku kaget dan mendongak. Beberapa detik, aku menunduk lagi.
"Afwan sekali lagi. Dari mana Ustaz tahu?" tanyanya masih terkaget-kaget.
"Pokoknya saya tahu. Ngapain di sini?"
"Nunggu angkot, Taz."