Buah dadanya besar terjuntai bergelantungan, ekornya panjang dengan ujung menyala persis bara api. Dahinya tumbuh tanduk unicorn, persis simbol baphomet6) yang kemarin Ajis copot dari dinding kamarnya.
Jejakan kaki makhluk jejadian itu dapat dihindari Ajis dengan satu kelitan. Tapi trisula yang dia pegang nyaris menusuk ulu hati pemuda itu.
Aneh, setiap Ajis mengibaskan tasbih makhluk itu mengerang dan surut kesakitan. Santri muda itu tak gentar, dia terus merapal amalan pemberian Abah Kiai Badrun.
Beruntung di saat Ajis terdesak, datang laki-laki gendut menyelamatkan dirinya. Sosok misterius itu gulat berjibaku, guling-guling melawan perempuan jelmaan iblis mengerikan itu.
Entah dari mana, tiba-tiba muncul asap tebal berwarna putih yang terus menipis. Mengejutkan, samar-samar terlihat bayangan Kiai Badrun bersama ayahnya yang datang diiringi belasan warga membawa obor.
Terbongkar sudah, misteri serangkaian pembunuhan dan kejadian-kejadian aneh selama ini, ternyata ulah oknum kepala desa baru dan ibu tiri Ajis.
Mereka penganut sekte setan, ajaran sesat. Bersekongkol menjatuhkan ayah Ajis, merebut jabatan kades dengan tujuan ingin menguasai harta orang tua Ajis.
Pria misterius itu ternyata ipar ayahnya, atau adik mendiang ibu Ajis. Kiai Badrun rupanya sudah tahu semua ini, dan menunggu saat pembebasan ayah Ajis. Ajis dipulangkan dahulu untuk menghentikan aksi jahat komplotan ini. Â ***
Tubaba, 21 Desember 2024
Catatan:
1) Â takzir, sanksi atau hukuman ala pondok pesantren