Adalah hujan. Tak mengenal geming. Tetap luruh menerobos pori-pori tanah. Seperti anak panah cupid yang melesat jauh. Menembus jantung sesiapa yang dituju.
"Seperti cinta, hujan tak pernah salah!" Katamu. Seraya sibuk mencari jawaban atas pertanyaan;Â
Mengapa hujan lebih memilih jatuh ke permukaan tanah? Mengapa ia tidak membasahi saja dada rembulan yang kesepian?
Sebab hujan takut ketinggian
Sebab hujan enggan membangun tangga-tangga
Sebab hujan tahu tanah lebih membutuhkan kehadirannya
Sebab hujan...
Jika demikian, jadilah hujan saja! Untukku. Agar engkau tahu, betapa aku sangat membutuhkanmu.
***
Malang, 15 November 2021
Lilik Fatimah Azzahra
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!