Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumbal Pesugihan

28 September 2020   05:36 Diperbarui: 5 Oktober 2020   12:04 48567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com/megisaweirdo

Jika mereka yang sudah kaya saja masih berharap hartanya semakin bertambah, mengapa yang miskin seperti dirinya tidak? Ratmo membatin. Meski untuk menuju kaya itu---menurut juru kunci makam, ada beberapa prosesi ritual dan tumbal yang harus dipenuhi.

"Tidak ada sesuatu yang gratis di dunia ini. Bangsa lelembut pun butuh jasa timbal balik." Begitu sang juru kunci menjelaskan.

Prosesi ritual "tahan melek" menunggu daun dewandaru jatuh di ubun-ubun kepala, Ratmo jelas menyanggupi. Tapi untuk tumbal? Ah, nantilah. Belum terpikirkan.

Malam semakin jatuh di lubang keheningan. Banyak orang mengundurkan diri dari ritual "tahan melek" malam itu. Mereka yang tertidur dinyatakan gugur dan harus rela pergi meninggalkan area pemakaman.

Suara burung hantu menggema berulang kali dari kejauhan. Menjadikan suasana terasa semakin mencekam. Ratmo menoleh ke kanan dan ke kiri. Hanya tinggal dirinya dan satu orang lagi yang masih tinggal, duduk di sana.

Orang itu menutupi kepala hingga ujung kakinya dengan kain sarung. Sepertinya ia menghindari kerumunan nyamuk lapar yang merajalela.

Tepat pukul tiga dini hari, angin bertiup sangat kencang. Dua lembar daun dewandaru melayang di udara, lalu jatuh tepat di atas kepala Ratmo dan orang berselimut sarung itu. 

Juru kunci makam muncul, melambaikan tangan, memberi aba-aba agar dua orang itu mengikutinya.

Mereka tiba di sebuah bangunan tua yang terletak di sebelah kiri makam. Aroma dupa seketika menguar menusuk hidung. Ratmo sampai terbatuk-batuk dibuatnya.

"Sekarang tinggal memilih tumbal untuk sesembahan kepada perewangan yang akan membantu kalian mengumpulkan kekayaan." Juru kunci menyodorkan secarik kertas dan pulpen. Masing-masing orang diminta mencatat nama yang akan dijadikan tumbal.

Ratmo tanpa ragu menulis nama "Sumi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun