Aku mengagumimu seperti menatap bulir embun yang berjatuhan dari puncak ketinggian. Yang melayang di udara tanpa mengudar sepatah dua kata. Yang merebahkan diri di atas pangkuan daun-daun dengan cara amat elegan dan bersahaja.
Aku terpesona oleh daya pikatmu seperti anak angsa yang baru pertama kali melihat wujud pelangi seusai turun hujan. Yang tak segan berlarian di atas air genangan dengan tawa kegirangan. Kala langit kembali ceria. Mempersembahkan senyum paling indah yang pernah ada dan ia punya.
Aku jatuh cinta kepadamu seperti cenayang yang baru saja belajar meramu dan merapal japa mantra. Terbata-bata menyinkronkan antara pikiran, laring dan ujung lidah.
Abrakadabra!
Sebelum langit senja mengubur mati rona jingga di kedalaman ceruk laut Maladewa. Sebelum peri malam memutuskan menggelar perhelatan akbar yang diriuhi lolong ajag dan serigala. Sebelum para kurcaci menahbiskan diri sebagai penguasa kerajaan mimpi-mimpi. Hati-hati. Jangan lengah! Bisa saja diam-diam aku datang. Merompak hatimu. Membawamya pergi jauh. Apa kau mau?
***
Malang, 24 Maret 2020
Lilik Fatimah Azzahra