Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ketika Ibu Tega Membunuhku

11 Desember 2019   20:32 Diperbarui: 11 Desember 2019   20:57 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:clipart.email

Saya baru saja melihat ibu merajang bawang merah hingga matanya merah. Saya kira ibu sedang menangis. Ternyata tidak. Ibu tidak sedang menangis. Melainkan ibu sedang marah.

Ya, ibu memang marah! Saya bisa merasakan hentakan-hentakan tangannya saat menghujamkan ujung pisau di atas meja.

"Kau harus menggugurkannya, Runi."

"Tidak! Aku tidak ingin menjadi pembunuh. Apalagi terhadap darah dagingku!"

 Lalu saya melihat mata ibu semakin berkaca-kaca. Seperti permukaan air danau yang sedang menyelimuti tubuh saya.

***
Sekarang saya melihat ibu beralih mengiris beberapa butir buah nanas. Berkali-kali ia memaksakan irisan-irisan buah itu masuk ke dalam mulutnya. Dan berkali pula ibu muntah. 

Saya kembali melihat mata ibu berair. Saya kira kali ini ibu benar-benar menangis. Mengeluarkan airmata yang selama ini tersimpan rapi di kepala.

"Aku tidak bisa menikahimu secara resmi, Runi. Kau harus paham itu!"

Ibu tidak menimpali barang satu kata. Ibu hanya menatap jauh ke luar jendela. Dan saya bisa merasakan hati ibu tercabik dan terlunta-lunta.

"Aku benci telah jatuh cinta kepadamu!"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun