Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Setelah 27 Tahun

14 November 2019   07:24 Diperbarui: 14 November 2019   08:29 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mulai lupa, bahwa aku pernah mengganti popokmu di sepertiga malam. Menyusuimu dengan payudaraku yang masih kencang. Menidurkanmu di ujung kedua kakiku. Sembari melantunkan lagu kesukaan, timang-timang anakku sayang. 

Berdamailah dengan malam, anakku. Tidurlah yang lelap. Bersama kasih Bunda, mimpi indah akan selalu engkau dekap.

Aku mulai lupa, bahwa aku pernah mengajarimu berjalan selangkah demi selangkah. Mengikat punggungmu dengan juntai selendang pelangi. Agar saat kau terjatuh nanti, tangan ini sesegera mungkin bisa meraihmu kembali. 

Jangan takut tuk berdiri sekali lagi. Yakinlah, engkau bisa melangkah dan berlari lebih jauh lagi.

Aku mulai lupa, bahwa aku pernah mengantarkanmu hingga pintu gerbang sekolah. Membiarkanmu berlari menyongsong tangan Bapak Ibu guru. Tempat kau mengangsu ilmu dan kaweruh untuk bekal kelak di perjalanan hidupmu.

Hidup ini penuh liku, anakku. Teruslah belajar menaklukan beringasnya dunia.

Aku mulai lupa, bahwa aku pernah memelukmu erat-erat. Kala kau menangis menghadapi tajamnya pisau sunat. Sembari kubisikkan satu kalimat, bagi laki-laki sejati airmata pantang untuk diperlihat apalagi diperhelat.  

Kelak engkau akan mengerti dan paham. Mengapa Ibumu berkata demikian.

Aku mulai lupa, bahwa aku pernah berdiri di sampingmu. Membantumu mengenakan toga dengan senyum paling ceria. Menitipkan satu pesan untuk selalu kauindahkan. 

Jalan di hadapan masih panjang. Jangan pernah sejengkal pun langkah kaki kauhentikan.

Hari ini, sungguh aku tak ingin didera rasa lupa itu. Saat tangan lemah ini kembali mengusap ujung kepalamu. Saat kaki tua ini gemetar mengantarkan langkahmu hingga depan pintu pagar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun