Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Dunia Fiksi "Flash Fiction" di Pusaran Karya Sastra

25 Mei 2019   16:05 Diperbarui: 25 Mei 2019   21:13 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Cinta yang Tak Terselesaikan
"Pik! Jangan menangis..." pelukan hangat Aiman sedikit menenangkan hatiku. Tapi airmataku terlanjur tumpah. Dan aku jujur tidak suka itu.

"Pik, kita masih bisa berteman, bukan?" suara Aiman kali ini agak tersendat. Aku semakin terisak. Aiman melepas pelukannya perlahan. Lalu mendudukkanku di kursi dan menggengam erat jemari tanganku.

"Aku mencintaimu, Pik. Tapi cinta saja tidak cukup. Harus ada perjuangan. Dan sayangnya aku harus kalah," Aiman menatapku dengan mata sayu. Dan lagi-lagi aku tidak suka itu!

"Sekarang tersenyumlah, Pik. Untukku. Untuk menguatkan langkahku menuju hidup yang semestinya harus kujalani," Aiman masih menatapku. Dan tangannya masih erat menggenggam jemariku. Dengan senyum yang kupaksakan, aku membalas tatapannya. Laki-laki itu tampak lega. Ia berdiri, meletakkan kedua tanganku hati-hati di atas meja.

"Pik. Semua harus diakhiri. Aku harus pergi. Selamat tinggal." Sebelum benar-benar pergi, untuk terakhir kalinya Aiman mencium lembut keningku. Ingin sekali aku membalasnya dan mencegah kepergiannya. Tapi apa dayaku? 

Ia benar-benar pergi. Meninggalkanku. Menyongsong kehadiran seorang perempuan yang berjalan tergesa-gesa menuju ke arahnya. Keduanya berpelukan. Lalu saling bertautan tangan. 

Sementara aku terpekur diam. Membisu. Tergeletak begitu saja di atas meja ruang kerja yang berantakan. Aku kembali menangis. Menangisi kisahku yang tak terselesaikan.

Namaku Pipik. Dan Aiman adalah penulis fiksi yang menciptakan tokoh aku.

-----

Kisah di atas sengaja saya tulis kurang dari 200 kata. Tepatnya 194 kata. Bukan apa-apa. Saya hanya sedang ingin menjajal, apakah saya bisa menulis cerpen dalam bentuk genre Flash Fiction.

Barangkali sudah banyak yang tahu apa itu Flash Fiction. Tapi tidak ada salahnya kita kembali mengulik karya sastra ini. Siapa tahu ada manfaatnya.

Flash fiction atau lebih populer disingkat FF, adalah subgenre dari cerita pendek (cerpen). Ciri khas genre ini memiliki jumlah kata yang lebih sedikit dibandingkan dengan cerpen pada umumnya. Jika pada cerpen yang biasa kita baca, jumlah kata berkisar antara 2.000-20.000 kata. Sedangkan pada flash fiction memiliki jumlah kurang dari 2000 kata. Berkisar antara 500-1.000 kata. Bahkan pernah terjadi  flash fiction terpendek di dunia, yakni sebanyak 6 kata yang ditulis oleh Ernest Hemingway: Dijual sepatu bayi, belum pernah dipakai.

Di Indonesia jenis karya sastra ini biasa disebut juga dengan Fiksi Mini, Cerita Mini (Cermin) atau Cerita Kilat. Sebagai catatan, meski dibaca tak kurang dari 5 menit, flash fiction bukanlah penggalan suatu cerita atau fragmen yang utuh. Flash fiction adalah cerita yang berdiri sendiri, yang dalam penulisannya tetap harus memperhatikan unsur-unsur pembangun dalam sebuah cerita. Yakni ada tema, penokohan, latar, konflik dan resolusi.

Langkah-langkah Mudah Menulis Fiksi Flash Fiction
Menulis cerita singkat tetapi harus tetap memasukkan unsur-unsur pembangun sebuah cerita secara utuh, bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika jumlah kata-katanya ditarget, semisal antara 100-200 kata. Atau wajib menulis FF sebanyak 200 kata, tidak boleh kurang atau lebih. Tentu ini membutuhkan konsentrasi penuh dan kepiawaian dalam memanajemen kata. 

Untuk belajar menulis flash fiction kita bisa memperhatikan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Tentukan tema yang tidak terlalu rumit.

2. Penokohan cukup 1-2 orang saja.

3. Konflik yang diketengahkan sekali hirup. Artinya konflik yang terjadi diselesaikan saat itu juga.

4. Jangan ragu melakukan pemangkasan pada kalimat yang tidak perlu (kalimat tidak efisien). Saya biasa menyebutkanya dengan 'eksekusi'.

5. Buatlah ending yang menendang (twist ending) di akhir cerita.

Nah, 5 tahapan tersebut akan sangat membantu kita untuk belajar menulis genre cerpen flash fiction ini. Oh, iya. Menulis flash fiction merupakan salah satu cara berlatih menulis fiksi yang efektif dan kreatif, loh. Tidak percaya? Silakan mencoba! Siapa tahu, suatu saat kita akan mengadakan seseruan menulis fiksi Flash Fiction ini. Setuju?

Selamat menjalankan ibadah puasa. Tetap semangat menulis dan berkarya!

***

Malang, 25 Mei 2019

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun