Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hikayat Hujan

16 Februari 2019   09:09 Diperbarui: 16 Februari 2019   09:16 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com

 Dulu. Dulu sekali. Sebelum hujan dinobatkan sebagai lemari kenangan. Ia hanyalah sebuah cermin. Tempat berkaca ratu bidadari. Di setiap kali ia usai mandi. 

Sampai di suatu hari. Pangeran bumi tersesat di taman sari. Bersualah ia dengan mahluk indah nan jelita. Kekasih hati Sang Brahmadewa.

Dan, terjadilah hal yang ditabukan. Ratu kahyangan mengaku tertawan pada pangeran yang berdiri kebingungan.

Cinta adalah kesetiaan. Seberat apapun rayu dan godaan. Pangeran harus mampu menyingkirkan. 

Ada kekasih yang sabar menanti. Ada hati yang tak hendak disakiti.

Cinta adalah keniscayaan. Penolakan adalah seburuk-buruk penghinaan. Maka dikutuklah pangeran bumi. Dijadikan ia gantungan kunci.

Di bumi. Air mata kekasih. Bercucuran. Melantun pilu mengibakan.

Brahmadewa mendengarnya. Amarahlaya pecahlah sudah. Cermin di dinding retak seketika. Menguar ke udara. Merupa serpihan-serpihan kristal. Menjelma menjadi butiran hujan.

***

Malang, 16 Februari 2019

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun