Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kamar Bersalin

23 Oktober 2018   07:58 Diperbarui: 23 Oktober 2018   08:19 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:healthline.com

Entah mengapa dinamai kamar bersalin. Tentu tak perlu diperdebatkan. Juga, mengapa penghuninya ibu-ibu yang kelelahan. Tapi kemudian tersenyum dan melupakan. Memilih memeluk bahagia lebih dari segalanya. 

Lihat pula di sana. Di depan kamar bersalin. Bapak-bapak menunggu di sudut teras. Dengan wajah harap-harap cemas. Ada sebagian wira-wiri tanpa suara. Bungkam. Namun di relung hati paling dalam, tentu saja banyak hal yang dibicarakan.

Sudah berapa generasi terlahir dari kamar bersalin. Yang ukurannya tak lebih luas dari lapangan bola. Cukup sekadar leluasa tuk hirup udara. Embuskan napas panjang. Sebagai bekal menyongsong buah hati yang digadang-gadang.

Sudah berapa paduan suara tercipta. Dilantun oleh bibir-bibir mungil menyapa dunia. Lengking tangis tanpa airmata. Adalah senjata ampuh yang mampu membuat runtuh. Bahkan hati yang mengaku membatu bak gunung berpuncak salju. 

Rumah bersalin akan selalu ada. Tak pernah menutup pintu- pintu kamarnya. Bagi para malaikat yang datang bertandang. Memandu tamu-tamu kecil kesayangan. Kekasih Tuhan.

***

Malang, 23 Oktober 2018

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun