Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Wayang | Dendam Cinta Sang Raseksi

20 Agustus 2018   20:01 Diperbarui: 23 Agustus 2018   00:11 2340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:www.pinterest.com/europeana

Masih ingat kisah Sarpakenaka yang njlungup akibat terlalu bernafsu ingin memeluk Laksmana? 

Baiklah. Mari kita intip sejenak ke hutan Dandaka. Hutan di mana Rama dan Laksmana bertemu mahluk jejadian itu.

Masih krugel-krugel Sarpakenaka berusaha bangun dari jatuhnya. Ia pura-pura merintih kesakitan. Berharap salah satu dari dua ksatria bagus yang tengah berdiri gagah di hadapannya itu akan menolongnya. 

Benarlah. Rama yang berhati lembut seketika jatuh iba. Ia maju beberapa langkah, bersiap mengulurkan tangan untuk memberi bantuan. Tapi Laksmana menghadangnya.

"Kakanda. Jangan terkecoh. Dia bukan seorang putri. Dia raseksi yang menyamar!"

Demi mendengar seruan adik tirinya itu Rama kembali mundur. Urung menolong Sarpakenaka yang masih menelungkup di atas tanah.

"Sudahlah mahluk jelek. Tunjukkan wujud aslimu. Di hadapanku kau tidak bisa menipu!" Laksmana berkacak pinggang. Ia sama sekali tidak mau mendekat karena bau amis yang menguar dari tubuh raseksi itu sangat menyengat.

Tentu saja Sarpakenaka merasa sangat malu dan sakit hati sebab kedoknya berasil ditelanjangi oleh Laksmana. Sambil menggeram ia melompat bangun. Dihunusnya keris yang tersembunyi di balik kembennya. Ia menyeruduk maju. Siap menghujam dada Laksmana.

Tapi Laksmana adalah ksatria jelmaan dewa. Tentu saja ia sakti mandraguna. Dan ia sudah sering menghadapi kejadian-kejadian tak terduga seperti ini. 

Sebagai titisan dewa ia memang mendapat mandat untuk melindungi Rama. Wajib baginya pasang badan jika ada yang berniat mengganggu atau mencelakai kakaknya itu.

Sekali tepis keris Sarpakenaka yang mengarah lurus ke arah dadanya terlontar jatuh. Bahkan tangan Sarpakenaka sempat terkena kibasannya. Tangan raseksi itu merasa kebas dan kesemutan akibat tenaga dalam yang dikerahkan oleh Laksmana.

Kali ini Sarpakenaka asli menjerit. Bukan berpura-pura lagi. Jeritannya melengking membahana ke seluruh hutan Dandaka. Membuat bulu kuduk yang mendengarnya merinding.

Disertai napas memburu raseksi yang sudah kalap itu sekali lagi merandek maju.

"Dasar jurig keras kepala!" Laksmana kembali mengangkat tangannya. 

Dan, duaaarrr!!! 

Sebuah ledakan keras keluar dari tangan Laksmana. Ledakan itu membuat telinga Sarpakenaka serasa tuli. Tubuhnya kembali terpental. Lalu tanpa sadar ia mengumpat menggunakan rapalan mantra. 

Sarpakenaka lupa. Jika mantra itu berpengaruh besar pada dirinya. Mantra yang diucapkan secara main-main akan mengembalikannya ke wujud asli.

Rambut gimbal. Mata belok berwarna merah. Hidung bonggol sebesar buah semangka dan mulut lebar mulai muncul, menghapus kecantikan palsu yang diciptakannya.

Hal itu membuat Sarpakenaka semakin marah terhadap Laksmana.

Sementara itu, nun jauh di tepi hutan, Dewi Shinta sempat mendengar suara jeritan Sarpakenaka. Merasa khawatir dengan keadaan suami dan adik iparnya yang belum juga pulang, Dewi Shinta memutuskan untuk menyusul.

Ia merasa lega ketika menemukan dua kakak beradik yang amat disayanginya itu dalam keadaan baik-baik. Namun Dewi Shinta juga terkejut saat melihat mahluk mengerikan yang berdiri di hadapan mereka.

"Adindaku. Jangan mendekat. Dia raseksi jahat," Rama menyongsong Dewi Shinta, merengkuh pundak istrinya itu dan mengajaknya pergi menjauh.

Sarpakenaka melihat semuanya. Melihat kemesraan yang ditunjukkan oleh Rama terhadap Dewi Shinta. Seketika api cemburu membakar hatinya. Apalagi ia melihat istri Rama ternyata seorang perempuan yang cantik rupawan.

Raseksi yang sudah dikuasai api cemburu dan dendam kesumat itu kemudian beralih pikir. Ia tidak ingin lagi menyerang Laksmana melainkan membidik Dewi Shinta.

Ya. Ia harus membunuh perempuan cantik itu! Harus!

Sekali lompat Sarpakenaka sudah berada di hadapan suami istri yang sedang berpelukan. Mahluk mengerikan itu bersiap menyerang Dewi Shinta. 

Laksmana membaca gelagat tidak baik itu. Ia pun segera bertindak. Digelandangnya tubuh Sarpakenaka tanpa ampun. 

Sebelum melempar tubuh amis itu jauh-jauh, Laksmana terlebih dulu melukai hidung bonggol sang raseksi. Memaprasnya dengan pedang sampai rata.

Sarpakenaka menjerit histeris. Melolong-lolong selayak serigala yang terluka. Tapi ia tidak mampu berbuat apa-apa. Apalagi mengadakan perlawanan. Ia menyadari Laksmana ternyata bukanlah tandingannya.

Dengan membawa luka hati tak terperikan, Sarpakenaka melarikan diri ke suatu tempat. Ia ingin wadul kepada seseorang dan meminta bala bantuan.

Tahukah Anda kemana Sarpakenaka pergi? Dan siapa pula seseorang yang akan ditemuinya itu?

***

Malang, 20 Agustus 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun