Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jadilah Rahwana Untukku

20 Juni 2018   10:10 Diperbarui: 20 Juni 2018   10:03 1903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lukisankolase.blogspot.com

Cinta sejati tidak seperti itu. Tidak akan merampas hak-hak. Apalagi sampai memaksakan kehendak. Kau masih juga belum mau menerima penjelasanku.

Baiklah. Kau boleh membela Sri Rama. Seperti kau selalu membela MU--tim kesebelasan idolamu itu.

Tapi izinkan aku melanjutkan kisah ini, kisah tentang Rahwana sang pemilik cinta sejati.

Pada malam kesekian pasca penculikan, ketika Rahwana datang menemui Dewi Shinta di peraduan, dilihatnya jarit sang dewi tersingkap hingga betis mulusnya jelas terlihat. Apakah kau mengira Rahwana akan menyergapnya? Atau melampiaskan birahinya yang selama ini terpendam? Tidak. Raja Alengka itu hanya berdiri diam. Menatap berlama-lama tubuh mungil yang tergolek pulas di atas tempat tidur. Ditungguinya dengan penuh kesabaran hingga sang pemilik mata indah itu terbangun.

Seperti yang sudah-sudah, Rahwana tidak pernah lelah bertanya dan bertanya lagi dengan penuh kelembutan. Pertanyaan yang diramu sedemikian elok dalam secawan puisi. 

Duhai, apakah sang dewi sudah berkenan membuka hati? 

Tunggu! Jangan sela dulu kalimatku. Sebab kisah ini belumlah usai.

"Ketika Rahwana menanyakan hal itu--lagi dan lagi. Tentang hatiku, perasaanku, apakah aku bisa menerima cintanya, atau setidaknya akan mengingat betapa besar rasa rasa cinta yang ia miliki, melebihi cinta Sri Rama terhadapku, saat itu juga aku menangis. Kukatakan padanya bahwa aku sama sekali tidak menutup mata dan hatiku."

Itu sepenggal surat yang ditulis oleh Dewi Shinta, yang disembunyikan di sebalik bantal yang berhasil kutemukan.

Mencintai tidak semestinya merampas kebahagiaan orang lain. Lagi, kau menghela napas panjang. Tanpa sedetik pun matamu beralih dari layar kaca yang tengah menayangkan perhelatan piala dunia.

Bersama Rama, Shinta tidak bahagia, bisikku tertahan. Entah engkau bisa mendengarnya atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun