Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cermis | "Friday The 13th" Ketiga

13 April 2018   22:01 Diperbarui: 14 April 2018   03:01 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari sudah gelap ketika Edward kembali menuju rumahnya. Wajah pria itu murung. Ia pulang dengan tangan hampa. Ia gagal mendapatkan daging burung onta seperti yang dipesan oleh istrinya.

Sembari mengayun langkah pria muda yang baru beberapa bulan menikah itu teringat kembali kata-kata Ibunya. Tentang  Friday  the  13th  itu. 

Ya, Ibunya benar. Hari ini benar-benar  hari paling buruk sepanjang hidupnya. Sebab untuk pertama kali ia mendengar Emma mengomelinya.

"Hanya menangkap seekor burung saja kau tidak becus!" Emma menatap suaminya dengan mata nanar. Edward terkejut. Selama ini ia tidak pernah diperlakukan sedemikian kasar oleh seorang perempuan. Ibunya selalu bersikap lembut, penuh kasih sayang, tidak pernah sekali pun membentak atau memarahinya.

Tentu saja mendapat perlakuan tidak mengenakkan itu, Edward sangat tersinggung. Dengan emosi meluap-luap ia membalas kata-kata istrinya.

"Yang tidak becus itu kau! Kerjamu hanya memerintah suami! Dasar perempuan tidak tahu balas budi! Aku sudah berbaik hati memungutmu dari jalanan!"

Emma menangis. Ia tidak menyangka Edward akan balas membentaknya dengan kata-kata menyakitkan seperti itu.

"Kalau kau sudah tahu aku ini perempuan jalanan, mengapa kau menjadikan aku istrimu?" Emma menantang mata suaminya.

"Karena kupikir aku bisa menjadikanmu perempuan baik-baik!" Edward balas menatap mata Emma. 

Pertengkaran sengit mendadak terhenti. Sekumpulan kelelawar terbang menggerung berebut ingin menerobos masuk ke dalam rumah.

"Edward! Kau pergilah ke rumah Pendeta Samuel. Ia pasti bisa menolong kita mengusir kelelawar-kelelawar musiman itu!"  Nyonya Katrin berseru panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun