Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cermis | "Friday The 13th" Ketiga

13 April 2018   22:01 Diperbarui: 14 April 2018   03:01 2319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edward. Pria muda yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu tahu-tahu memboyong seorang gadis. Kepada Ibunya Edward mengatakan ingin menikahi gadis itu. Malam itu juga.

Nyonya Katrin, meski agak terkejut akhirnya ikut senang. Ia sudah lama ingin melihat anak semata wayangnya itu menikah. Maka segera disiapkannya kamar yang bagus dan bersih untuk calon menantunya. Juga hidangan makan malam yang sangat istimewa--kalkun bakar bumbu madu.

"Oh, Edward. Hari ini  Friday  the  13th,  son!" mendadak Nyonya Katrin teringat sesuatu. "Kukira ini hari paling buruk untuk melangsungkan pernikahan. Tidakkah kau ingin menundanya sampai besok?"

Edward yang sudah terlanjur jatuh hati kepada Emma sama sekali tidak mengindahkan kata-kata Ibunya. Ia lebih suka menikmati wajah cantik Emma yang duduk di hadapannya-- yang entah mengapa, semakin dipandang wajah Emma semakin terlihat pucat.

"Apakah kau sakit, Emma?" Edward menegur calon istrinya itu.

"Tidak Edward. Aku hanya agak lelah,"  Emma menyahut seraya merapikan ujung gaunnya yang tersingkap.

Edward melirik ke arah jam dinding tua yang tergantung di dalam lemari kaca. Sudah hampir pukul tujuh malam. Sebentar lagi pendeta yang akan menikahkan mereka datang berkunjung. Edward bergegas menyalakan lilin. Meraih kotak perhiasan yang sudah disiapkan oleh Ibunya lalu meraih jas tuxedonya.

Pendeta yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Prosesi pernikahan segera dilaksanakan. Tidak ada sesuatu yang istimewa. Semua berjalan biasa-biasa saja. Kecuali-- ya, kecuali, di luar cuaca berubah mendung. Puluhan kelelawar menguar di udara.

***

Ini  Friday  the  13th  kedua bagi Edward semenjak ia menikah. Lagi-lagi Nyonya Katrin mengingatkan sesuatu kepadanya. "Sebaiknya kau tidak pergi ke mana-mana, Edward. Tangguhkan semua kegiatanmu. Ini hari paling buruk bagi pasangan yang baru saja menikah."

Kali ini Edward masih juga tidak mengindahkan peringatan Ibunya. Ia tetap memilih pergi. Ia tidak ingin mengecewakan Emma. Istrinya itu ingin makan daging burung onta. Sedang untuk mendapatkannya Edward mesti turun ke kampung sebelah.

Hari sudah gelap ketika Edward kembali menuju rumahnya. Wajah pria itu murung. Ia pulang dengan tangan hampa. Ia gagal mendapatkan daging burung onta seperti yang dipesan oleh istrinya.

Sembari mengayun langkah pria muda yang baru beberapa bulan menikah itu teringat kembali kata-kata Ibunya. Tentang  Friday  the  13th  itu. 

Ya, Ibunya benar. Hari ini benar-benar  hari paling buruk sepanjang hidupnya. Sebab untuk pertama kali ia mendengar Emma mengomelinya.

"Hanya menangkap seekor burung saja kau tidak becus!" Emma menatap suaminya dengan mata nanar. Edward terkejut. Selama ini ia tidak pernah diperlakukan sedemikian kasar oleh seorang perempuan. Ibunya selalu bersikap lembut, penuh kasih sayang, tidak pernah sekali pun membentak atau memarahinya.

Tentu saja mendapat perlakuan tidak mengenakkan itu, Edward sangat tersinggung. Dengan emosi meluap-luap ia membalas kata-kata istrinya.

"Yang tidak becus itu kau! Kerjamu hanya memerintah suami! Dasar perempuan tidak tahu balas budi! Aku sudah berbaik hati memungutmu dari jalanan!"

Emma menangis. Ia tidak menyangka Edward akan balas membentaknya dengan kata-kata menyakitkan seperti itu.

"Kalau kau sudah tahu aku ini perempuan jalanan, mengapa kau menjadikan aku istrimu?" Emma menantang mata suaminya.

"Karena kupikir aku bisa menjadikanmu perempuan baik-baik!" Edward balas menatap mata Emma. 

Pertengkaran sengit mendadak terhenti. Sekumpulan kelelawar terbang menggerung berebut ingin menerobos masuk ke dalam rumah.

"Edward! Kau pergilah ke rumah Pendeta Samuel. Ia pasti bisa menolong kita mengusir kelelawar-kelelawar musiman itu!"  Nyonya Katrin berseru panik.

"Tidak Ibu. Aku punya cara tersendiri untuk mengusir mereka!" Edward meraih senapannya. Lalu membuka daun jendela lebar-lebar. 

Dor!

Seekor kelelawar jatuh terkapar di tanah. 

"Edward! Hentikan!" Nyonya Katrin berusaha mencegah . Tapi Edward sudah kalap. Ia membabi buta memuntahkan peluru ke arah hewan-hewan bersayap yang kemudian lenyap entah ke mana.

***

Diam-diam Nyonya Katrin keluar rumah. Lewat pintu belakang perempuan paruh baya itu menyusuri jalanan. Ia nyaris tiba di tempat tujuan ketika dilihatnya dua sosok berdiri tak jauh darinya, hanya berjarak beberapa depa. 

Meski terpunggungi Nyonya Katrin  bisa mengenali salah seorang dari mereka. Yang berjubah panjang itu, Pendeta Samuel--orang yang ingin ditemuinya, yang pernah menikahkan Edward sekitar empat bulan lalu.

"Sesuai perjanjian, pada malam  Friday  the  13th  yang kedua ini, putrimu--Emma, akan mencapai kesempurnaan. Satu nyawa kelelawar berarti satu persembahan."

"Sepertinya target telah terpenuhi. Pria bernama Edward itu telah berhasil membunuh seekor. Dan itu berarti..."

"...berarti ia harus merelakan nyawa Ibunya."

Dua sosok itu sontak menoleh ke belakang. Lalu melesat secara bersamaan menubruk tubuh Nyonya Katrin yang berdiri terdiam.

Nyonya tua itu tak mampu lagi menghindar. Bahkan ketika dua sosok bertaring itu mengisap habis darahnya--ia masih juga terdiam .

***

Ini  Friday  the  13th  ketiga yang dilalui bersama  Emma. Edward berdiri menatap puluhan kelelawar yang entah dari mana datangnya, yang sejak sore terbang berpusingan di udara.

Tiba-tiba saja pria itu seolah mendengar sesuatu. Seruan Ibunya.

"Hari ini  Friday  the  13th,  Son!  Hindari kelelawar-kelelawar itu!"

Kali ini Edward menurut. Ia mengulurkan tangan siap menarik daun jendela.  Tapi mendadak gerakan tangannya terhenti. Pandangannya terpaku pada seekor kelelawar yang terbang merendah.

Edward terperangah. 

Wajah kelelawar itu--telah bertukar tempat dengan wajah istrinya.

***

Malang, 13 April 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun