//
Duhai pemilik wajah cerlang, secerlang kilau cahaya rembulan...Kurangkai kata-kata ini di sepertiga malam. Saat mataku tak bisa teralihkan memandangi gurat lelah yang kau sembunyikan di sebalik senyum dan dengkur manismu.
//
Duhai pemilik budi seelok kejora pagi....Izinkan kukenang-kenang saat pertama kali hati terpaut cinta padamu. Saat mata tak henti memperhatikan, mengagumi tangan lembutmu merawat luka-luka Ayahandamu di medan perang. Saat sekujur tubuhku gemetar memunajah doa dan pengharapan. "Ya Allah penguasa seru sekalian alam. Jodohkan hamba dengan perempuan ini. Perempuan yang kelak menjadi ibu dari keturunanku. Perempuan yang telah Kaupastikan menjadi penghuni Jannah terindahmu."
//
Duhai kekasihku, pemilik hati bak serpih mutiara mutu manikam....Izinkan aku membuncahkan rasa bahagia. Manakala Rasulullah menerima pinanganku untukmu dan mengatakan, "Allah telah menikahkanmu dengan putriku di langit sebelum aku. Maka tak ada alasan bagiku tuk tidak merestuimu, wahai Ali keturunan anak Adam."
//
Duhai ladang persemaian cinta dan hasratku...Telah kutanggalkan baju kebesaran. Kupersembahkan ia di hadapanmu sebagai mahar. Bersamanya kumantapkan langkah dan iman. Menikahimu. Menyempurnakan setengah agamaku. Agar halal saat aku menyentuhmu.
//
Duhai Fatimah Azzahra bidadariku... izinkan aku menyitir kalimat indah ini di penghujung goresan penaku. "Dan dosa-dosa pun berguguran manakala suami istri saling bertautan tangan. Sungguh, di dalam pernikahan yang halal selalu ada berkah Allah terlimpah tak terperikan."
***
Malang, 23 Maret 2018
Lilik Fatimah Azzahra