Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Teror

12 Desember 2017   16:04 Diperbarui: 13 Desember 2017   13:44 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :Lord Voldemort by SessaVon DeviantArt/www.sessav.deviantart.com

Dunia belahan lain dikejutkan oleh munculnya mahluk asing bertampang aneh---mahluk terburuk di sepanjang kehidupan peradaban manusia. Mahluk itu berwajah mirip ular. Matanya berkilau. Mulutnya lebar. Dan hidungnya---lurus ke depan menyerupai tonggak kayu. Hidung itu pada setiap menitnya selalu memanjang. 

Kepala suku dari belahan dunia lain, Ifriz, segera menggelar pertemuan untuk membahas kemunculan mahluk asing itu. Ia mengundang beberapa anak buahnya di sebuah aula besar di bawah tanah, semacam  banker.

"Apakah kehadiran mahluk asing itu membahayakan?" salah satu peserta diskusi mengajukan pertanyaan.

"Sepertinya begitu. Perhatikan matanya, sangat culas, mengingatkanku pada mata seekor serigala pemangsa anak-anak. Dan mulutnya...aku yakin, mulut selebar itu hanya digunakan untuk makan, berbicara hal-hal bohong, kotor dan menyebalkan," Ifriz menjawab.

"Bagaimana dengan hidungnya yang setiap menit memanjang?" peserta lain mengacungkan tangan.

"Pernah mendengar kisah Pinokio bukan? Seperti itulah cara kerja hidung mahluk jelek itu. Setiap kali ia berbohong, hidungnya akan melar beberapa senti. Kemudian pada lima menit setelahnya, hidung itu akan mengerut kembali."

"Sungguh mengerikan."

"Lebih tepatnya---memuakkan!"

"Menjijikkan!"

Berbagai kecaman terdengar membuat kepala suku dari dunia lain itu berdiri. Selanjutnya, petinggi yang disegani kawan dan ditakuti lawan itu menjentikkan kedua ujung jari tangannya. Klik! Layar proyektor yang telah disiapkan menyala. Dan wajah mahluk asing tak dikenal itu muncul.

Suasana aula mendadak lengang. Semua mata menyimak gerak-gerik mahluk asing yang terekam oleh kamera. Saat kamera men-zoom  wajah mahluk itu, sang mahluk membuka mulutnya lebar-lebar. Terciumlah aroma busuk semirip bau  septitank.

Peserta diskusi sontak menutup hidung. Sebagian bahkan ada yang muntah-muntah, tidak tahan terhadap aroma yang teramat sangat tidak sedap itu.

"Usir mahluk jelek itu dari belahan dunia kita!" beberapa peserta diskusi berseru lantang. Beberapa yang lain mengepalkan tinju. Geram.

"Tenang! Kalian semua harap tenang. Sebelum kita kembalikan mahluk jelek itu ke alamnya nun jauh di sana, ada baiknya kita wawancarai dulu siapa dia sebenarnya." Kepala suku dari belahan dunia lain duduk kembali. Salah satu anak buahnya maju, membantu memasang sebuah alat elektronik kecil di atas cuping telinganya. Sebentar kemudian tetua itu siap berinteraksi, mengadakan wawancara eksklusif dengan mahluk yang tidak diketahui secara jelas darimana asal muasalnya.

Seluruh peserta diskusi menahan napas, menyimak baik-baik.

"Siapa namamu?" kepala suku membuka percakapan.

Tidak ada jawaban. Mahluk asing itu hanya ternganga. Matanya yang culas membelalak nanar.

"Katakan pada kami, siapa namamu!" kepala suku mulai kehilangan kesabaran. Suaranya yang berat meninggi. Begitu juga dengan para peserta diskusi. Mereka tampak mulai kesal. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu kursi, meja, tas, buku-buku serta benda-benda padat yang berada di sekitar ruangan rapat melayang, menimpuk wajah mahluk asing yang belum juga menghilang dari layar proyektor raksasa itu.

***

Sementara di belahan dunia yang lebih  riil, seorang perempuan duduk di sebuah bangku setasiun, menunggui suaminya yang sejak berjam-jam lalu masuk ke dalam toilet umum dan tidak kunjung keluar.

"Ada masalah dengan suami Anda Nyonya? Apakah ia mengalami semacam...diare?" seorang laki-laki berkumis---pemerhati kesehatan mental orang-orang yang ditemuinya, bertanya.

"Oh, tentu saja tidak!" perempuan yang ditanya itu menjawab tegas. "Saya beritahukan kepada Anda, suami saya di dalam sana sedang melakukan sebuah misi besar. Teror."

***

Malang, 12 Desember 2017

Lilik Fatimah Azzahra 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun