Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bolang's Angel

26 Januari 2016   09:23 Diperbarui: 26 Januari 2016   09:38 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malik berjalan tergesa memasuki markas The Bolang. Wajahnya menegang. Sesekali ia menengok ke belakang memastikan tidak ada orang yang mengikutinya.

"Ya, Angel 3 di sini," Desol mengangkat ponselnya.

"Kamu bisa hubungi yang lain, Des? Segera, ini perintah," Malik berkata dengan wajah berkeringat.

"Siap! Lalu?"

"Kalian segera berkumpul di markas. Seperti biasa."

"Oke, sip!" Desol segera menutup pembicaraan dan melanjutkan menghubungi dua Angel lainnya.

 

***

Eren baru saja selesai mandi ketika mendengar ponselnya berdering.

"Angel 2 di sini," ujarnya begitu tahu nomor yang menghubungi adalah Desol.

"Bisa meluncur ke markas? Sekarang juga. Perintah dari Bos Malik," Desol menyahut.

"Oke! Sebentar ya, aku tukar baju dulu," Eren melempar ponselnya ke atas kasur.

 

***

Zara tengah memilah-milah kertas yang berserakan di atas meja. Rrrrt...rrrrrt...Ponsel di dalam tasnya bergetar.

"Ya, Angel 1 di sini."

"Bisa segera ke markas? Di tunggu Bos Malik."

"Oke."

 

***

Markas The Bolang tersembunyi di balik Bukit Panderman. Dikelilingi oleh pemandangan alam yang menawan serta udara dingin yang cukup mengilu tulang.

Ketiga Angel duduk berdampingan. Saling berhimpit. Siap mendengarkan intruksi dari Bos Malik.

"Tugas kalian kali ini cukup berat. Terutama soal medan," Malik menatap ketiga Angel tak berkedip.

"Jangan bilang Bos akan mengirim kami ke lereng Gunung Arjuna," sela Desol.

"Bukan lereng, Des. Tepatnya ke puncak Gunung Arjuna," Malik membenarkan. Desol dan kedua Angel saling berpandangan.

"Ada apa Bos mengirim kami ke sana?" Eren menggeser duduknya.

"Ada kasus yang harus kalian bereskan. Nanti aku jelaskan secara terperinci. Sekarang, bisakah salah satu dari kalian membuatkan aku makanan? Sejak tadi perutku belum terisi apa pun..." Malik menghempaskan diri di atas kursi dengan wajah memelas.

Zara segera bangkit. Sebagai Angel tertua, ia paham betul. Bukan hanya Bos Malik yang ingin makan. Dua Angel di sampingnya pun, terlihat gelisah menahan lapar. 

"""

Aroma kopi seduh dan mie rebus merebak memenuhi ruangan. Bos Malik menghabiskan segelas kopi dan semangkuk mie hingga tak bersisa.

"Sekarang aku jelaskan apa tugas kalian. Aku mendapat kabar, kira-kira dua hari yang lalu, seorang petualang bernama Mr.Yunus hilang ketika mengadakan pendakian ke Gunung Arjuna. Keluarganya tidak menerima kabar sama sekali. Ponselnya mati."

"Mungkin di sana memang tidak ada listkrik. Jadi Mr.Yunus tidak bisa mencharge ponselnya," sahut Eren santai.

"Atau barangkali ia sudah menjadi santapan binatang buas," Desol menimpali. Angel yang satu ini memang suka sekali dengan kisah yang berbau "mati".

"Bisa jadi Mr. Yunus sedang bertapa. Bukankah di sana terdapat pura pemujaan?" Zara menambahkan.

"Itulah tugas kalian. Mencari Mr. Yunus sampai ketemu," Bos Malik berdiri sembari mengelus perutnya yang kekenyangan.

 

***

Bolang's Angel segera berkemas. Eren mengenakan celana hitam dan kemeja tipis kembang-kembang berlengan pendek. Blazer warna hitam dibiarkan tersampir di pundak. Desol memakai celana jeans warna biru dan Tshirt putih. Jaket bermotif kotak-kotak menambah manis penampilannya. Sementara Zara mengenakan jeans abu-abu dan jaket berbulu yang lumayan tebal.

"Minyak angin, minuman, dan permen tolak angin sudah masuk ransel. Ada yang kurang?" Zara melempar pandang ke arah dua rekannya.

"Bawa camilan yang banyak. Kita bisa mengalihkan rasa dingin dengan mengemil," ujar Eren.

"Aku butuh masker dan kaca mata. Hidungku sering mampet jika terkena udara dingin," Desol menyusupkan dua benda ke dalam ransel yang siap ditutup.

"Oke, semua siap. Bos Malik! Antar kami dengan mobil hingga puncak gunung," Desol melambai ke arah Malik yang masih berdiri memegangi perutnya.

 

***

Mobil meluncur dengan kecepatan tinggi. Udara puncak terasa kian menggigit. Desol terlihat mulai bersin-bersin. Eren mengaku kepalanya pusing. Sementara Zara meringkuk lemas menahan perutnya tiba-tiba merasa mual.

"Hai, kenapa kalian bertiga loyo begitu?" Malik melirik ketiga Angel dari kaca spion.

"Sudah sampai belum?" tanya Zara pelan. Ia ingin segera turun. Perutnya terasa diaduk-aduk. Berkali-kali ia bersendawa.

"Hampir. Bertahanlah!" Malik bersemangat menambah kecepatan mobilnya.

 

***

Malik benar. Dari kejauhan atap pura mulai terlihat. Warna putih ujung pura menjulang tinggi seolah hendak menembus langit.

Malik memarkir kendaraan tepat di sisi sebuah taman. Ketiga Angel bergegas turun. Sementara Malik sendiri memutuskan untuk tetap tinggal di dalam mobil.

"Aku memantau kalian dari sini. Jika ada sesuatu yang gawat, segera hubungi aku. Selamat bertugas!" Malik melambai ke arah tiga Angel sesaat sebelum ia menutup jendela mobil rapat-rapat.

 

***

Ketiga Angel menapaki tangga pura dengan langkah waspada. Tidak terlihat seorang pun. Hanya patung-patung bersarung  berjejer menyambut mereka.

"Kita serasa berada di Pulau Bali," bisik Eren.

"Bangunan ini mirip Candi Kidal. Tapi di sini aku tidak mencium bau mistik," Zara bergumam.

"So beautiful.... Pura di Puncak Gunung," Desol berdecak.

Tiba-tiba sesuatu melompat ke arah mereka.

"Huuuaaa....!!!"

Ketiga Angel menjerit berbarengan.

 

***

"Sialan, hanya seekor kucing!" Eren menghalau hewan berbulu yang melompat di hadapan mereka seenaknya.

"Mungkin dia lapar," Zara merogoh ransel. Ia mengambil sebungkus camilan. Menyobek ujung plastik dan melemparkan isinya ke arah kucing yang masih berdiri tak jauh dari mereka.

"Jangan-jangan kucing itu Mr. Yunus yang menyaru," Desol menyenggol pundak Eren.

"Hus, jangan bicara sembarangan..." Eren mendengus. Suasana pura yang lengang dan dingin membuatnya sedikit ngeri.

"Ehem," Zara berdehem. Ia pura-pura menjatuhkan plastik camilannya. Ia membungkuk. Dengan ujung matanya, Zara mengintip sekilas ke suatu arah.

Seseorang tengah bersembunyi di balik pura persembahan. Zara melihat itu. Tapi tunggu! Bukan hanya satu orang. Ada beberapa orang lagi. Ah, Zara yakin. Mereka tengah mengawasi Bolang's Angel!

 

***

 "Ada apa?" Desol melihat perubahan air muka Zara.

"Kalian tetaplah bersikap biasa. Kita tengah diawasi," Zara berbisik.

"Ki-ta diawasi?" Eren merapatkan tubuhnya ke arah Desol.

"Sst, jangan panik. Tetaplah bersikap seperti tadi. Mm, kita selfi yuk!" tiba-tiba Zara mengeraskan suaranya.

Tanpa komando dua kali, ketiga Angel pun bernarsis ria.

 

***

"Malik buka pintunya!" Desol mengetuk kaca mobil berulang kali. Malik gelagapan. Ia mengucek matanya yang memerah.

"Molor melulu, sih!" Eren menggerutu kesal.

"Tunggu sebentar! Apakah kalian sudah menemukan Mr. Yunus?" Malik membuka pintu mobil dengan panik.

"Lho, memangnya Mr. Yunus hilang?" Zara mengangkat alisnya. Desol dan Eren mengangkat bahu.

Malik terkejut. Lah, itu Mr. Yunus! Ia sedang berdiri bersama para Angel.

Malik menggaruk-garuk kepalanya. Huh, mimpi tadi sebenarnya keren loh. Ngapain juga ia mesti terbangun?

 

***********

Malang, 26 Januari 2016

Lilik Fatimah Azzahra

*Foto dok.Pribadi

*Kisah ini terinspirasi dari film Charlie's Angel.

*Juga Jalan Bareng bersama Bolang, Minggu 24 Januari 2016 ke Pura Puncak Gunung Arjuna Batu Malang.

*Special thanks to Mbak Desol, Mbak Eren, Pak Yunus, Mas Malik, Mas Selamet, Mas Heri, Rara dan Fikri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun