Puisi merupakan bentuk ekspresi sastra yang kaya akan makna dan keindahan. Penggunaan majas dalam puisi tidak hanya memperkaya bahasa, tetapi juga memberikan kesan mendalam kepada pembaca. Dua jenis majas yang sering muncul dalam puisi adalah sinekdoke dan perumpamaan epos. Sinekdoke berfungsi untuk menyampaikan makna dengan menggunakan bagian untuk menggambarkan keseluruhan atau sebaliknya, sementara perumpamaan epos menampilkan perbandingan panjang yang mempertegas suasana dan gambaran dalam puisi. Pemahaman terhadap kedua majas ini penting bagi siapa saja yang ingin mendalami sastra dan memperkaya daya imajinasi dalam membaca maupun menulis puisi.
1. Pengertian Majas Sinekdoke dan Perumpamaan Epos
Majas sinekdoke adalah gaya bahasa yang menggunakan bagian untuk mewakili keseluruhan atau keseluruhan untuk mewakili bagian. Menurut Keraf (2009), sinekdoke terbagi menjadi dua jenis utama:
- Sinekdoke Pars Pro Toto (Bagian untuk Keseluruhan) Sinekdoke jenis ini menggunakan suatu bagian untuk menggambarkan keseluruhan dari suatu entitas. Contohnya:
- "Ia memiliki banyak kepala," yang berarti "ia memiliki banyak orang yang bekerja untuknya."
- "Roda itu melaju dengan kencang," yang berarti "mobil itu melaju dengan kencang."
- Sinekdoke Totem Pro Parte (Keseluruhan untuk Bagian)Â Sinekdoke ini menggunakan keseluruhan untuk merujuk pada bagian tertentu. Contohnya:
- "Indonesia meraih kemenangan dalam ajang olahraga," yang berarti "tim olahraga Indonesia meraih kemenangan."
- "Sekolah itu memenangkan lomba puisi," yang berarti "sekelompok siswa dari sekolah itu memenangkan lomba puisi."
Sementara itu, perumpamaan epos dalam puisi adalah perbandingan panjang yang sering ditemukan dalam sastra epik, yang menggambarkan sesuatu dengan rinci dan mendalam. Menurut Pradopo (1995), perumpamaan epos memberikan efek dramatik dan memperjelas suasana dalam karya sastra. Contohnya dapat ditemukan dalam puisi klasik yang menggambarkan pertempuran dengan detail seperti ombak yang bergulung-gulung di lautan.
2. Sinekdoke dalam Puisi
Majas sinekdoke sering digunakan dalam puisi untuk memperkaya makna dan menyampaikan gagasan secara lebih efektif. Dalam puisi, sinekdoke dapat digunakan untuk menyederhanakan konsep kompleks dengan cara yang lebih akrab bagi pembaca. Contoh penggunaan sinekdoke dalam puisi:
"Di kota ini, seribu tangan menanti pekerjaan, Ribuan kepala tertunduk dalam doa."
Dalam kutipan di atas, "seribu tangan" merujuk pada banyak pekerja yang mencari pekerjaan, dan "ribuan kepala" merujuk pada banyak orang yang berdoa.
3. Perumpamaan Epos dalam Puisi
Perumpamaan epos dalam puisi sering kali ditemukan dalam karya-karya klasik, termasuk dalam puisi epik seperti Iliad dan Mahabharata. Perumpamaan ini membantu membangun suasana dan memberikan imajinasi yang lebih jelas kepada pembaca. Misalnya, dalam puisi epik: