Mohon tunggu...
Elang ML
Elang ML Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Indonesia 2016

Mahasiswa yang kadang-kadang menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manajemen Kerumunan yang Buruk dan Pagar Stadion adalah Pembunuh Suporter

3 Oktober 2022   00:13 Diperbarui: 3 Oktober 2022   00:43 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagar stadion Kanjuruhan masih berdiri, terkesan aman, namun mengurung suporter ketika kekacauan. Sumber:  www.liputan6.com

Realitanya setinggi apapun pagarnya akan dipanjat juga oleh penonton yang memang ingin melakukan pitch invasion.

Sebaliknya, pagar-pagar tinggi dan kokoh stadion-stadion di Indonesia justru menjadi kerangkeng orang-orang tidak bersalah yang ingin menyelamatkan diri saat skenario terburuk terjadi. Pagar atau tembok yang tinggi juga berpotensi roboh dan menyebabkan korban ketika terjadi kerusuhan, seperti di Heysel 1985.

Robohnya pagar GBK pada 2019 memang terkesan memalukan, tapi menurut hemat penulis memang seperti itu seharusnya pagar tribun. Hanya sebatas pagar sosial, tidak lebih dari cone di jalan, pendek mudah diruntuhkan, dan kalau runtuh tidak akan meniban siapapun. 

Risiko ada suporter mabuk yang tiba-tiba lari ke lapangan memang lebih tinggi, dan risiko pertandingan terganggu juga lebih tinggi. Tapi kalau kita memang sepakat bahwa sepakbola tidak lebih mahal dari nyawa, kita harus pertimbangkan bahwa pembunuh suporter paling sukses adalah pagar-pagar dan tribun stadion yang memerangkap penonton yang ingin menyelamatkan diri.

Toh banyak stadion baru di Indonesia yang pagar tribunnya rendah, namun pertandingan tetap berjalan dengan baik seperti GBK, Patriot, Wibawa Mukti, sampai Gelora Bung Tomo.  

Tragedi Kanjuruhan merupakan panggilan untuk evaluasi aparat keamanan, dan keamanan stadion di Indonesia. Menurut hemat penulis, pasti akan ada "evaluasi" dari otoritas.

Tetapi kalau liga kembali berjalan aparat pengaman masih ikutan nonton bola, masih menggebuki suporter di stadion, masih membawa gas air mata ke stadion.

Kalau tiap-tiap stadion di Indonesia belum dikaji ulang kemananannya, perlu tidak ada pagarnya, apakah dapat ada bottleneck kalau penonton keluar.

Evaluasi, hanya evaluasi.

Mungkin ada penonton yang masuk ke lapangan di Kanjuruhan, tapi berapa banyak suporter yang masuk kelapangan ingin merusak atau melukai orang. Dari seluruh suporter yang berhasil masuk ke lapangan dan beritikad mencelakakan orang, berapa kemudian berhasil melukai atau membunuh orang yang dia incar? 

Yang jelas, selama ini aktor utama pembunuhan suporter adalah kegagalan manajemen kerumunan, gas air mata di dalam stadion, dan infrastruktur yang memerangkap mereka yang berusaha menyelamatkan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun