Mohon tunggu...
Elang ML
Elang ML Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Indonesia 2016

Mahasiswa yang kadang-kadang menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manajemen Kerumunan yang Buruk dan Pagar Stadion adalah Pembunuh Suporter

3 Oktober 2022   00:13 Diperbarui: 3 Oktober 2022   00:43 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelepasan Gas Air Mata yang Dilakukan Oleh Aparat di Stadion Kanjuruhan 9/10/22 Sumber:https://surabaya.kompas.com/

Hal tersebut yang menurut hemat penulis membuat permasalahan over capacity dan kericuhan di Stadion Kanjuruhan menjadi jauh lebih berbahaya dibandingkan stadion-stadion lain seperti Gelora Bung Karno. Apabila terjadi kerusuhan atau overcapacity di GBK maka, penonton dapat dengan mudah lari ke lapangan untuk menghindari berdesak-desakan atau pusat kericuhan.

Tribun Stadion Kanjuruhan juga jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa stadion di Indonesia sehingga perlu menaiki tangga untuk masuk ke stadion, ditambah dengan jumlah dan ukuran pintunya yang kecil dibandingkan kapasitasnya juga dapat menjelaskan mengapa keluar dari stadion menjadi jauh lebih sulit. 

Bandingkan dengan bentrokan tahun 2008 yang terjadi di Stadion Brawijaya Kediri. Pintu masuk dan keluar stadion jauh lebih luas relatif dengan kapasitasnya. Stadion brawijaya juga memiliki pintu masuk yang sejajar dengan tanah sehingga mempermudah suporter ke luar. Sehingga tidak ada orang yang terinjak-injak bahkan ketika kerusuhan terjadi hari itu.

Perbaikan Pendekatan Keamanan dan Peninjauan Kembali Stadion di Indonesia

Pitch invasion memang menjadi permasalahan di sepak bola, namun, percayalah bahwa pitch invasion tidak hanya terjadi di Indonesia. Pitch invasion di negara-negara yang kita bilang "supporternya lebih dewasa"pun sangat sering terjadi, di liga Inggris, Spanyol,  bahkan Final Liga Champions. Bedanya aparat di sana berhasil menangkap pelakunya tanpa memukuli dan memprovokasi kawan-kawannya sesama suporter untuk marah.

Aparat tentu memiliki prioritas untuk melindungi perangkat pertandingan dari suporter yang tiba-tiba masuk ke lapangan. Sehingga prioritas utama tentu mencegahnya sedari awal pitch invasion. Apabila sudah semakin banyak yang masuk ke lapangan, maka tentu perangkat pertandingan perlu diamankan. 

Namun, ketika perangkat pertandingan atau mungkin suporter away yang menjadi berpotensi menjadi objek amukan kerumunan suporter apa yang perlu diamankan? Tentu tidak ada, tidak ada lagi ancaman yang tercipta dari pitch invasion.  

Hal juga yang sering dilupakan adalah, pelaku pitch invasion sering kali hanya ingin berlari ke tengah lapangan untuk menunjukan kemarahannya tanpa merusak apapun. Tindakan aparat yang melakukan pemukulan pada suporter justru membuat dirinya sendiri jadi target pelampiasan emosi suporter. 

Terlebih pelemparan gas air mata terbukti selalu membuat penonton berbondong-bondong lari ke pintu tribun, berdesakan, dan menimbulkan korban jiwa yang mencapai ratusan, atau memancing emosi penonton untuk menyerang polisi. Pendekatan represif aparat sama saja dengan menyiram bensin ke api.

Selain itu, pilihan untuk aparat Indonesia untuk melindungi lapangan seperti singa melindungi teritorinya realitanya juga kontraproduktif. Lapangan adalah tempat paling aman ketika terjadi kerusuhan atau overcapacity, khususnya ketika sudah tidak ada kelompok suporter lawan dan perangkat pertandingan. Aparat harusnya memprioritaskan orang-orang yang paling rentan untuk turun ke lapangan alih-alih menggebuki semua yang berusaha lari dari sumber kericuhan.

Masalah stadion juga menjadi aspek yang perlu ditinjau ulang dalam persepakbolaan Indonesia. Masih banyak stadion di Indonesia memiliki pagar tribun yang sangat tinggi, mungkin dengan asumsi semakin tinggi pagar semakin sulit untuk penonton untuk loncat ke lapangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun