Mohon tunggu...
Elang ML
Elang ML Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Univeristas Indonesia 2016

Mahasiswa yang kadang-kadang menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Manajemen Kerumunan yang Buruk dan Pagar Stadion adalah Pembunuh Suporter

3 Oktober 2022   00:13 Diperbarui: 3 Oktober 2022   00:43 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Accra Stadium Desaster 2001 Sumber: https://www.ghanaweb.com/

Tragedi Ibrox 1971, terjadi pada pertandingan antara Celtic dan Ranger. Permasalahan terjadi akibat gol menit akhir pada saat banyak suporter meninggalkan lapangan, selain itu jatuhnya seseorang dari tribun atas juga menambah kepanikan. Kepanikan tersebut membuat desak-desakan, mayoritas dari 66 korban meninggal karena kehabisan nafas. Dalam perkara tersebut, Rangers sebagai pemilik stadion divonis bersalah karena kelalaian dalam desain dan keamanan stadion.

Bagaimana dengan negara lainnya? Penyebab utamanya adalah perilaku aparat kepolisian, terutama yang melepaskan gas air mata, atau penanganan kerumunan yang bermasalah.

Sebut saja tragedi stadion Accra 2001, Estadio Nacional 1964, dan Dashrath 1988.

Dalam tragedi Accra 2001 dan Estadio Nacional 1964 memiliki pola yang serupa: Adanya kerusuhan yang justru diantisipasi dengan pelepasan gas air mata oleh polisi, hal tersebut justru akan membuat penonton panik dan berdesakan sehingga menimbulkan korban jiwa. Tragedi Estadio Nacional 1964 merenggut nyawa 300 orang dan menjadi tragedi stadion terbesar sepanjang sejarah, sementara tragedi Accara 2001 merenggut 116 nyawa.

Accra Stadium Desaster 2001 Sumber: https://www.ghanaweb.com/
Accra Stadium Desaster 2001 Sumber: https://www.ghanaweb.com/
Sementara, Dashrath 1988 dipicu badai salju mendadak pada saat pertandingan. Hal tersebut membuat penonton yang berada di tribun tanpa atap berusaha pindah ke tribun beratap. Hal tersebut ditangani dengan pukulan dari aparat kepolisian, sehingga menyebabkan kekacauan yang ditambah dengan kondisi pintu tribun yang terkunci. Hal tersebut membuat korban tergencet dan merenggut 93 nyawa.

Skenario Paling Buruk Adalah Kepanikan Kerumunan

Kerumunan akan tertib sampai adanya kepanikan. Bagaimana kepanikan diciptakan, bisa dari provokasi, overcrowding, sampai serangan. Ketika kepanikan tersebut tercipta manusia secara alami akan menyerang atau lari ke tempat yang lebih aman.

Pitch invasion, atau larinya penonton ke arah lapangan adalah provokasi yang sangat efektif dan paling sering menjadi biang kerusuhan di lapangan sepak bola. Kunci menycegahnya adalah bagaimana mencegah satu orang dapat melakukan hal tersebut, sebab dalam keadaan fanatisme dan emosi orang yang awalnya tidak berpikir untuk lari ke lapangan akan ikut terprovokasi dengan mudah. Celakanya, aparat pengawas seperti polisi dan TNI di lapangan Indonesia lebih sering "ikut menonton bola" dari pada mengawasi supporter, bandingkan dengan liga-liga Eropa dimana aparat menghadap ke supporter. 

Hal inilah yang memungkinkan dua atau tiga orang pitch invader awal berhasil lolos. Ketika sudah ada beberapa orang lolos, maka banyak yang akan ikut terprovokasi, ketika aparat mulai bertindak, maka jumlah mereka sudah terkalahkan berkali-kali lipat dari orang yang terprovokasi. Umumnya justru pitch invader-lah yang paling besar kemungkinan selamat selamat dalam skenario kepanikan kerumunan, terkait hal tersebut akan saya jelaskan belakangan.

Kedua adalah overcrowding, skenario di mana orang terdesak karena kapasitas stadion terlampaui. Hal tersebut tentu membuat mereka yang terdorong justru akan berupaya melawan arus orang yang akan datang atau tergencet ke dinding dan pagar tribun.

Terakhir adalah serangan, sangat mudah untuk membayangkan serangan dalam pertandingan sepak bola adalah dari kelompok suporter lawan. Padahal dalam beberapa kasus, tragedi kerumunan yang besar terjadi ketika suporter lawan tidak hadir sama sekali. Tindakan aparat Kepolisian yang terlalu agresif dalam mengendalikan kerumunan seperti gas air mata justru memperparah keadaan "chaos". Tidak heran dalam banyak kerusuhan, aparat justru kerap menjadi target utama amukan suporter alih-alih tim lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun