Lelaki itu memberikan uang sepuluh ribu dan meminta kami untuk segera pergi. Kami pun pergi meninggalkan toko itu dengan penuh tanda tanya.
Setibanya di rumah aku bercerita pada ibu tentang kejadian tadi. Ibu bertanya tentang nama toko itu, dan air matanya meluncur setelah aku menyebutkan nama tokonya.
"Besok-besok jangan ke sana lagi ya, Nak!"
"Kenapa, Bu?"
"Pokoknya jangan!"
"Apakah itu ayah?"
"Ya, dia ayahmu dengan selingkuhannya. Ibu telah mengira ini akan terjadi, tapi ibu takut jika kamu bertemu dengan lelaki itu, sifat buruknya akan menurun padamu. Ibu gak mau itu" Dengan nada geram yang disela isakan.
Kemudian ibu menceritakan semuanya, semua tentang keburukan ayah. Hingga semakin tahu tentang ayah, hatiku semakin terasa sesak dan sakit. Aku tak tahu sehancur apa hati ibu ketika ayah mengkhianatinya. Namun, aku merasakan ada luka mendalam di sudut hatinya.
Mulai saat ini, kuputuskan untuk menghapus semua gumpalan awan hitam itu di kepala dan lebih berfokus pada kebahagian ibu. Ya, aku akan lebih giat lagi belajar demi membahagiakan ibu, satu-satunya bidadari di hatiku.
Januari 2020