Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Cakrawala Kelam

20 Januari 2020   13:28 Diperbarui: 20 Januari 2020   13:39 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awan Berarak yang asalnya riang becengkarama dengan mentari. Kini mendadak buram. Entah apa yang ada dalam benak mereka, hingga cakrawala pun beringsut kelam.

_"Mungkinkah, mereka marah atas sengkarutnya ibu pertiwi?"

Entahlah, aku tak mampu menjawab. Hanya saja wajar mereka diamuk angkara murka. Karena, aku tahu, isi kepala penguasa yang berderet buku dan kitab tebal nyatanya hanya untuk berebut kuasa, berebut tahta dan menguras harta persada.

Ya, penguasa, sadarlah, persada bukan tempatmu cari kuasa, bukan hakmu menguras harta persada. Tapi, tempatmu ajarkan tata dan norma.

_"Sadarlah, jangan tunggu, cakrawala kelam muntahkan angkara murka!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun