Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Asmara Shand-Su Part III

2 Agustus 2019   20:34 Diperbarui: 2 Agustus 2019   20:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prita pun berlalu pergi dengan diikuti tatapan tajam Shandy.

"Gadis yang baik" gumamnya.

***
Hampir sebulan, Prita dihantui rasa gelisah. Hati  dan pikirannya tak pernah jauh dari satu nama, Shandy. Pria perdana yang telah mampu merebut hatinya. 

Sesuai janji, gadis ini bertekad untuk mencari keberadaan Suci. Apalagi menurut keterangan,  gadis pujaan Shandy itu adalah seorang anak pejabat terkenal di Sumedang. Tak akan sulit bagi dia mencari alamatnya.

"Aku harus segera memastikan, biar perasaanku tak terombang ambing" pikirnya.

Benar saja. Tak butuh waktu lama, Prita bisa menemukan alamat rumah ayah Suci. Sebagai pejabat publik, sudah tentu dikenal banyak orang.


"Ini dia rumahnya" gumam Prita. Matanya jelalatan mengitari sebuah bangunan besar yang ada persis di depannya. Cukup lama dia berdiri di depan rumah mewah itu, sampai akhirnya sebuah mobil sedan warna putih masuk ke pekarangan. Seperadukan teh kemudian, seorang pria tua yang masih gagah keluar dari balik kemudi. Tapi anehnya tampak tak bersemangat.

"Selamat siang pak" sapa Prita, penuh hormat.

"Iya siang. Kamu siapa dan mau ketemu siapa?" Tanya si pria tua, penuh selidik.

"Saya Prita. Ingin bertemu mbak Suci"

"Oh anakitu sudah jarang ke sini. Dia lebih suka tinggal di rumah dinasnya" jawabnya ketus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun