Mohon tunggu...
eL Katigo
eL Katigo Mohon Tunggu... -

Belajar, mencari, memahami, meniru, memodifikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Uang Pra Uang Logam

4 Maret 2015   21:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:10 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425453036223751963

[caption id="attachment_371415" align="aligncenter" width="300" caption="bisnis.liputan6.com/.../11-fakta-unik-dan-lucu-tentang-uang"][/caption]

Perkembangan dalam peradaban umat manusia adalah hal yang niscaya. Dalam segala lini kehidupan, dalam aspek apapun manusia akan terus melakukan perkembangan demi mencapai taraf hidup yang lebih sempurna, baik dalam urusan agama, sosial, prestasi pendidikan, juga dalam urusan perekonomian. Tidak heran jika sebuah ujaran mengatakan, "Bahwa yang abadi dalam hidup ini adalah perubahan”.

Perubahan memang tidak bisa dihindarkan lagi dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Setiap peradaban pasti bermula dari sebuah perubahan. Dalam dunia ekonomi misalnya, terutama yang berkaitan dengan komoditi dagang, uang sebagai unsur terpenting dalam ekonomi telah mengalami paling tidak empat kali metamorfosis hingga sekarang berakhir pada uang kertas. Diramalkan uang akan mengalami perubahan lagi menjadi uang elektrik yang cukup dilambangkan dengan kartu kredit, ATM, dll.

Jika dulu, orang yang ingin belanja harus menenteng kantong berisi koin seperti dinar dan dirham untuk dijadikan sebagai pembayaran, sekarang cukup dengan membawa lembaran kertas yang lebih ringan dan mudah dibawa. Apalagi lembaran kertas lebih mudah dipecahkan nilainya hingga sekecil-kecilnya. Hal ini tentu saja tidak mungkin dilakukan pada uang dinar dan perak.

Era Barter

Pada mulanya manusia belum mengenal sistem mata uang sama sekali. Bahkan mereka juga belum mengenal peraktik jual beli. Kala itu mereka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bergantung total pada alam. Mereka belum mengenal istilah uang. Apa yang mereka butuhkan mereka ambil dari pemberian alam disekitar mereka. Ketika mereka menginginkan daging, mereka tinggal berburu. Jika mereka menginginkan buah-buahan mereka tinggal memetiknya langsung dari pohonnya. Tempat tinggal mereka juga mengandalkan alam; dengan menjadikan gua sebagai tempat peristirahatan.

Seiring waktu manusia mulai meninggalkan komunitasnya. Mereka mulai berinteraksi dengan kelompok lain. Secara otomatis mereka pun merasa saling membutuhkan, karena tidak semua yang mereka butuhkan mereka miliki, namun dimiliki oleh kelompok lain. Ketika itulah mereka mulai membutuhkan alat untuk mendapatkan barang tersebut. Muncullah transaksi barter atau tukar barang. Peraktik barter semacam ini tetap berlaku hingga saat ini.

Era Uang

Sekian lama manusia melakukan peraktik barter sebagai satu-satunya model jual-beli yang ada saat itu. Namun, lama kelamaan mereka merasakan kesulitan untuk mengukur satu barang dengan barang lain yang sesuai dengan kebutuhan. Jika seseorang membutuhkan beras satu kilo, namun ia hanya memiliki satu kambing, tidak mungkin ia akan menukar kambing itu dengan beras hanya satu kilo yang nilainya tentu jauh lebih rendah. Sejak itu mereka mulai berpikir untuk membuat standard nilai yang akan mengatasi kesulitan ini dan memudahkan dalam mengukur setiap barang. Muncullah istilah uang.

Awal mula kemunculannya uang memiliki berbagai macam model, sesuai dengan budaya, sumber penghidupan, dan penghasilan tempat tertentu. Pertama kali manusia membuat uang dari benda-benda yang ada di sekitar mereka yang oleh ulama kontemporer diistilahkan dengan an-nuqûd as-sil'iyah. Mulai dari menggunakan batu, yang akhirnya dianggap tidak efektif karena jumlah yang begitu banyak sehingga terlalu mudah didapat. Pernah juga menjadikan hewan sebagai mata uang, namun karena sulitnya membagi-bagi, menjaganya, menggembalakannya, yang akhirnya juga dianggap kurang pas. Sekian lama manusia terus melakukan eksperimen dalam menemukan alat yang pas untuk dijadikan mata uang, hingga mereka mulai berpikir untuk menggunakan hasil tambang sebagai mata uang. Mulai dari besi dan tembaga, hingga emas dan perak.

Penggunaan an-nuqûd as-sil'iyah merupakan tonggak penting dalam sejarah uang di dunia. Uang dari benda merupakan tonggak awal yang memiliki peran penting dalam mengantarkan manusia kepada istilah uang yang dikenal saat ini. Penggunaan mata uang dari benda-benda atau an-nuqûd as-sil'iyah memiliki beberapa keistimewaan dikarenakan materinya yang berbeda-beda. Sebagian uang model ini bisa dipecah hingga bagian yang sekecil-kecilnya tanpa harus kehilangan nilai ekonomis dari benda itu, yang lebih penting lagi nilai ekonomis dari benda itu sebagai uang tidak lebih rendah daripada nilai ekonomisnya sebagai benda. Artinya, baik benda itu dilihat dari fungsinya sebagai uang atau pun tidak, tetap sama nilainya. Dari sinilah kemudian muncul definisi terhadap an-nuqûd as-sil'iyah; "Yaitu mata uang yang nilai ekonomisnya sebagai uang sama dengan nilai ekonomis bendanya."

Sekalipun an-nuqûd as-sil'iyah memiliki beberapa keunggulan di atas, namun an-nuqûd as-sil'iyah masih tetap memiliki kelemahan untuk dijadikan sebagai mata uang. Seperti bendanya yang mudah mengalami kerusakan, sulit membawanya, sulit menyimpannya, juga nilainya mudah mengalami fluktuasi seiring perkembangan zaman dan tempat.

Yusuf Daud, Hayil Abdul Hafidz. Taghoyyurul Qimah as-Syiro’iyah lin-Nuqud al-Waroqiyah, hlm. 23.

Syabir. Al-Mu’âmalât al-Mâliah, hlm. 14.

Yusuf Daud, Hayil Abdul Hafidz. Taghoyyurul Qimah as-Syiro’iyah lin-Nuqud al-Waroqiyah, hlm. 23.

Yusuf Daud, Hayil Abdul Hafidz. Taghoyyurul Qimah as-Syiro’iyah lin-Nuqud al-Waroqiyah, hlm. 25-27.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun