Mohon tunggu...
Yermia Riezky
Yermia Riezky Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis dan fotografer lepas berdomisili di Makassar.

www.kreatifmenulis.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Saat Gelisah, Menulislah

3 September 2012   18:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:57 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346698129187223359

[caption id="attachment_197010" align="aligncenter" width="357" caption="Retwitt dari Twitt @Kompasiana"][/caption]

Saya sedang duduk bersama Humas Pemko Batam, Sabtu (1/9) saat membuka twitter lewat BlackBerryku. Satu persatu twit yang masuk selama saya tidur muncul, dan jempol pun menggerakkan twit dari yang lawas sampai paling baru.

Saya berhentidi sebuah twit dari @kompasiana yang menyebutkan kalau tulisan saya yang berjudul ‘Jurnalis Jago Nulis ? Belum Tentu’ jadi HL Kompasiana pagi itu.

Bangga? Jelas. Senang? Pasti. Berlebihan memang, tapi saya saat itu ingin menikmatinya mengingat itu HL pertama saya di Kompasiana, meski pembacanya tak sampai ribuan.

Terkait tulisan itu, saya ingin menyambung dengan sedikit pengalaman saya soal tulis menulis. Mungkin pengalaman ini jauh lebih kecil dari para penulis atau bloggers senior. Namun apa salahnya saya sediki bercerita?

Apa yang membuat saya menulis? Bagi saya jawabannya adalaj ‘Kegelisahan’.

Mungkin bagi orang lain beda. Tapi, kegelisahan adalah dorongan paling utama sehingga saya menulis. Sedikit sama dengan para pejuang dulu dan aktivis saat ini, sebagian besar dari mereka menyampaikan gagasan lewat tulisan karena munculnya perasaan gelisah dengan keadaan daningin perbaikan.

Misalnya, suatu malam di bulan Mei tahun 2011, saya gelisah dengan timnas sepakbola Indonesia. Waktu itu, beberapa hari sebelumnya timnas U-23 dikalahkan oleh Timnas U-23 Turkmenistan dalam pagelaran Pra Olimpiade di Palembang. Saya kemudian membandingkan dengan penampilan Persipura yang menang 4-1 lawan South China di AFC Cup. Boaz dkk bisa menang telak padahal di tim lawan bercokol dua pemain yang punya nama besar : Nicky Butt (mantan gelandang Manchester United) dan Mateja Kezman (mantan pemain Chelsea, PSV, dan Atletico Madrid).

Sumber kegelisahan, kalau bukan kekesalan saya pada Timnas U-23 adalah kesenangan merek memainkan umpan lambung padahal pemainnya bertubuh pendek. Mengapa tidak memainkan bola-bola pendek seperti yang dimainkan Persipura? Padahal secara skil dan postur, gaya itu lebih cocok. Mungkin mereka banyak dipengaruhi Liga Inggris yang saat ini paling poluler dan menjual.

Semalam saya menuangkan kegelisahan saya dalam tulisan. Sedikit tambahan dan editing kemudian sayatambahkan keesokan harinya. Kemudian saya mengirimkan tulisan berjudul ‘sepak Bola Cinta’ itu ke redaksi Ole Nasional tabloid Bola hari Rabu, 4 Mei 2011.

[caption id="" align="aligncenter" width="617" caption="Opini di Tabloid Bola "][/caption]

Tak dinyana, tulisan saya itu dimuat di rubrik OPOSAN tabloid Bola sehari kemudian. Wah, sungguh senannya luar biasa, tak terbayangkan bisa menembus media nasional. Kata mentor menulis saya, William Aipipidely, tulisan itu dibaca 100.000 pembaca Bola dari Sabang sampai Merauke. Hati ini makin berbunga-bunga.

Dari opini itulah kemudian saya bisa masuk dalam dunia jurnalistik sampai sekarang. Tulisan itu penting, karena banyak media mensyaratkan calon wartawan melampirkan contoh tulisan dalam tesnya.

Namun, benarkah modal gelisah dan galau cukup? Sepertinya belum.

Saya sendiri mulai belajar menulis secara sistematis pada bulan Februari 2011, saat saya bertemu William di sebuah pelatihan menulis dan jurnalistik di Yogyakarta. Saat itu saya masih dalam kekecewaan besar setelah tak diterima bekerja di sebuah NGO raksasa walaupun saya sudah mengikuti management trainee selama empat bulan.

Dari pertemuan itu saya belajar bagaimana cara mengungkapkan gagasan lewat tulisan. Buat orang seperti saya yang semasa mahasiswa tak pernah ikut dalam kegiatan tulis menulis di kampus, jelas pelajaran ini sangat penting.

Setelah cukup mendapat teknik menuangkan gagasan, saya lalu mulai menulis. Saya menulis soal TKI dan lingkungan kemudian dikirim ke koran lokal Yogya,Kedaulatan Rakyat dan Harian Jogja, serta Kompas, hasilnya mental semua. Sampai tulisan ‘Sepak Bola Cinta’ itu tembus di Bola.

Dari situ saya dapat pelajaran: tulislah apa yang paling dipahami. Saya memang sangat paham sepakbola, jadi saya fasih menulisnya. Berbeda dengan soal TKI atau lingkungan. Meski saya kuliah di jurusan Geografi Lingkungan, analisa saya belum paten.

Jadi, kalau boleh dirangkum, dasar untuk membagi gagasan baik lewat blog atau opini media dimulai dari tiga hal itu: Kegelisahan, teknik, dan penguasaan masalah. Selain itu jangan lupakan selembar kertas dan alat tulis di saku (atau smat phone bagi yang punya). Saat ide itu muncul tuliskan dengan segera , apa saja yang muncul.

Saat pikiran tenang, buka kembali coretan itu, cari bacaan atau informasi tambahan, dan buat tulisan tanpa harus menunda.

Salam.

(Penulis juga ngeblog di http://rasakehidupan.wordpress.com/ )

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun