Aku terdiam di sudut senja
Menatap lekat pada horizon cakrawala
Desir angin pelan mengantarkan lamunan
Membuka kembali lembar kenangan
Ayah, dulu kita sering menatap langit senja
Merangkai indah canda tawa
Duduk berdua menikmati angin senja lewat
Sambil meneguk kopi hangat
Kadang, aku sesenggukan dibahumu
Mengadukan rasa gundah gulana
Yang bak tirani menjajah kalbuku
Namun, engkau siramkan petuah bijaksana
Ayah, kepergianmu sungguh tak terduga
Seperti senja tanpa kata
Aku hanya bisa merundungi perih di dada
Memecah arca sunyi di setiap senja
Senja memang selalu datang
Begitu pula aku selalu terkenang
Wajah pucat terbaring tenang
Kembali kepangkuan Tuhan
Ada butiran bening pelan menyusuri pipi
Ada luka yang coba disimpan sendiri
Aku pasrah tanpa aroma kopi
Hanya senja yang mampu memahami
Kini, aku hanya sendiri memandang langit jingga
Mengurai benang kusut cerita lama
Tergugu senyap si sudut senja
Hening dalam senja tanpa kata
(Sungai Limas, 03 Juli 2025)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI