Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja Tanpa Kata

3 Juli 2025   15:34 Diperbarui: 3 Juli 2025   15:34 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokpri

Aku terdiam di sudut senja
Menatap lekat pada horizon cakrawala
Desir angin pelan mengantarkan lamunan
Membuka kembali lembar kenangan

Ayah, dulu kita sering menatap langit senja
Merangkai indah canda tawa
Duduk berdua menikmati angin senja lewat
Sambil meneguk kopi hangat

Kadang, aku sesenggukan dibahumu
Mengadukan rasa gundah gulana
Yang bak tirani menjajah kalbuku
Namun, engkau siramkan petuah bijaksana

Ayah, kepergianmu sungguh tak terduga
Seperti senja tanpa kata
Aku hanya bisa merundungi perih di dada
Memecah arca sunyi di setiap senja

Senja memang selalu datang
Begitu pula aku selalu terkenang
Wajah pucat terbaring tenang
Kembali kepangkuan Tuhan

Ada butiran bening pelan menyusuri pipi
Ada luka yang coba disimpan sendiri
Aku pasrah tanpa aroma kopi
Hanya senja yang mampu memahami

Kini, aku hanya sendiri memandang langit jingga
Mengurai benang kusut cerita lama
Tergugu senyap si sudut senja
Hening dalam senja tanpa kata

(Sungai Limas, 03 Juli 2025)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun