Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebanyakan Kita Tergesa-gesa

22 Januari 2021   21:36 Diperbarui: 22 Januari 2021   21:41 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: pixabay.com

Kebanyakan manusia selalu tergesa-gesa dalam melakukan kegiatan. Padahal biasanya ada kegiatan atau perbuatan yang tidak mudah dilakukan. Akibat yang paling sering terjadi dari ketergesaan ini nantinya mengakibatkan penyesalan.

Masih bersyukur jika tidak mengakibatkan kecelakaan dan kerusakan fisik. Bahkan tak sedikit karena tergesa-gesa banyak nyawa melayang. Contoh paling gampang tentu saja ketika berkendara di jalan raya. Akibat tergesa-gesa dari pengemudinya berakibat kecelakaan.

Dari ketergesa-gesaan yang dilakukan akan menjadi penyesalan. Memang sesal kemudian tak berguna. Sesal dahulu pendapatan. Begitu kata peribahasa.

Contoh yang lain adalah orang yang terbiasa makan dengan porsi banyak, lalu ingin menurunkannya, tentu ia harus mengurangi porsi makan secara perlahan dan bertahap, sesuap demi sesuap setiap hari.

Dengan cara tersebut, bahkan sebelum genap satu atau dua tahun tanpa disadari ia telah mengurangi setengah porsi makannya.

Begitu juga dengan ketergesa-gesaan. Apa latihan yang paling gampang dilakukan?

Semua kehidupan di alam ini bergerak dan berlalu secara bertahap. Kita bisa saksikan dan pelajari ketenangan musim semi yang pada awalnya menampakkan sedikit demi sedikit dan kemudian terus bertambah.

Demikian juga banjir, bahkan banjir bandang sekalipun. Ada proses dimana alam memberikan peringatan dengan pelan dan bertahap.

Dimulai dengan musim yang secara perlahan berganti. Ketika akan terjadi banjir, binatang telah memberi tanda dengan jelas dan bertahap. Misalnya, ketika gondang bertelur di pucuk rerumputan maka seberapa tinggi telor tersebut, seperti itulah tinggi maksimal air di sawah itu. Sementara gondang bertelur tidak sekonyong-kontong, melainkan bertahap dan jumlah mereka banyak.

Demikan juga ketika suatu perkampungan akan terjadi banjir pasti diawali oleh migrasinya binatang kecil. Dimulai dari semut, belalang, tikus, ular, dan binatang besar lainnya. Yang demikian pun bertahap.

Sayangnya proses yang demikian bertahap telah memberi tanda, kita manusia jarang sempat mengamati dan memperhatikan gejala alam tersebut.

Yang terpikir adalah begitu musibah datang, dianggap sebuah kejutan tanpa pemberitahuan.

Dalam pemikiran sesaat, saking teratur dan bertahapnya kejadian di alam ini, seseorang memberikan pujian kepada tukang tali, tukang kayu pembuat tiang pancang untuk mendirikan tenda, pujian tukang pasak tiang, pujian tukang tenun kain pembuat tenda.

Suatu ketika orang-orang yang datang kepadanya akan merasa bosan dam sedih bila tidak ada pujian. Namun ketika mereka mengatakan sesuatu yang mereka sukai. Pemberi pujian letih.

Kemudian mereka pergi dan mengatakan berbagai hal yang tidak baik tentang pemberi pujian. Padahal sebenarnya mereka tergesa-gesa dan bosan.

Bagaimana mungkin kayu bakar pergi menghindari periuk? Itu tidak mungkin. Api dan kayu bakar pergi menjauh hanya karena melihat periuk terlalu lemah untuk menahan panas api.

Seperti halnya cermin, ketika kita mendekat, bayangan yang nampak akan mendekat. Namun begitu kita menjauh, maka bayangan pun akan menjauh.

Dua buah perumpamaan tentang tergesa-gesanya sebagian besar kita. Ingin segera menyelesaikan segala sesuatunya takut bosan datang menyerang. Padahal bosan sangat jauh kaitannya dengan ketergesa-gesaan.

Ketergesa-gesaan dengan alasan kebosanan menyerang seperti lautan dan buih.

Terakhir, agar tergesa-gesa perlahan sirna adalah tanamkan dalam diri sifat sabar dalam menghadapi setiap masalah. Menanamkan keyakinan bahwa setelah datang kesulitan pasti datang kemudahan harus benar tertanam.

Di samping itu menyelesaikan pekerjaan dan permasalahan  dengan cara mencicil, sehingga tidak muncul perilaku buru-buru ketika tiba waktu di titik akhir.

Membiasakan berpikir tenang, dan tidak panik tentu saja lebih menguntungkan. Serta apa pun tindakan dan perbuatan melewati proses secara bertahap dan terburu-buru hanya membuat rugi.

Seseorang pernah memberi nasihat pada saya, ketika kita membuat sesuatu, proses pembuatannya seberapa pun lama dan rumitnya pasti akan lebih lama kita memanfaatkanya.

(Sungai Limas, 22 Januari 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun